Gangster in Love [Part 9]

maafkan author. setelah lebih dari setahun menghilang, author memutuskan untuk kembali menulis karena rindu dengan dunia imajinasi bersama mereka T.T

semoga masih ada yang mau membaca cerita ini. meski tidak berharap banyak. hehe. anyways, happy reading all.

Please read this first.

(Hayoung POV)

“Hayoung-ah, kurasa aku harus ceritakan ini padamu.” kata Yoobin saat jam istirahat. Sengaja sekali dia menyuruh Jongin kembali ke kelasnya karena dia ingin bicara serius padaku. Dia mengajakku ke belakang sekolah untuk mencari tempat sepi.

“Mwoga?” tanyaku meskipun aku sudah curiga akan sesuatu.

“Sashileun, aku….”

“Apa?”

“Aku mau ceritakan ini bukan bermaksud apapun. Aku hanya takut kamu mendengar sesuatu dari orang lain dan kamu kecewa padaku.”

Aku tersenyum. Sebenarnya aku sudah menebak-nebak maksud kalimatnya. Tapi aku cukup senang dia menganggapku sedekat itu dengannya.

“Apaan?”

“Aku tidak bisa bilang kami berkencan karena dia belum mengatakan apapun padaku. Tapi….”

“Tapi kau dekat dengannya kan? Jonghyun sunbae?”

Dia tampak sangat terkejut mendengar tebakanku. Aish! Apa benar dia besar di luar negeri? Kenapa dia begitu polos?

“Eotteohge arra?”

“Aku tidak pernah tahu kalau sunbae menunggui kau bekerja. Jadi kamu melarang kami datang karena takut ketahuan?”

“Ne. Aku bingung bagaimana bilang padamu soal ini, Hayoung-ah.”

“Sudahlah. Aku paham perasaanmu.”

“Tapi sunbae memang belum bilang kalau dia menyukaiku. Sungguh. Tadinya aku mau menunggu hingga kami resmi berkencan. Namun aku butuh teman untuk bercerita dan aku rasa tidak baik menutupi semua ini.”

Aku terdiam. Aku sudah terlalu banyak dengar selentingan buruk tentang Jonghyun sunbae hingga aku tidak tahu mana yang fakta dan mana yang fiksi. Aku tidak tahu harus senang atau malah sedih saat ini.

“Kau suka padanya?”

“Menurutmu?”

“Molla. Aku tidak pernah lihat kau saat bersamanya.”

“Keuge.. sashileun.. aku tidak pernah merasakan hal seperti ini dengan namja lain. Mungkin kamu tidak akan percaya ini tapi sunbae benar-benar yang pertama bagiku.”

Aku terdiam lagi. Ya, aku yakin kalau orang sepolos Yoobin belum pernah mengenal namja. Sekarang namja pertama yang menyentuh hatinya adalah Jonghyun sunbae. Bagaimana ini? haruskah aku cari tahu lebih dalam tentang sunbae?

“Jeongmal? Chukhahae. Kau kencan dengan pimpinan geng. Kau tidak akan kena masalah apapun. Kau akan aman dengannya.”

“Tapi, aku belum kencan dengannya.”

“Anggap saja sudah.”

(Yoobin POV)

Aku sedang membaca buku yang dibelikan Jonghyun sunbae untukku. Aish, namja itu entah kenapa makin manis makin hari. Tiba-tiba dia membelikan buku yang berisi cerita yang sangat manis seperti ini. Entah tahu darimana dia tentang buku begini.

“Kwon Yoobin!” tiba-tiba Yongguk sunbae masuk dalam kelasku dengan wajah yang agak aneh. Aku jadi fokus perhatian seisi kelas saat ini.

“Ne, sunbaenim?”

“Ttallawa.”

“Ne?”

Tanpa menjawab pertanyaanku, sunbae menarik tanganku. Aku bertanya terus padanya namun tidak juga dijawab olehnya. Dia menarik tanganku terus hingga berhenti di sebuah kelas. Mwo? Kelas Jonghyun sunbae?

“YA! Kim Jonghyun!” teriak Yongguk sunbae dengan tangan yang masih menggenggam tanganku. Jonghyun sunbae sempat melihat kearah tangan kami, membuatku buru-buru melepaskan tangan Yongguk sunbae.

“Wae?” sahut Jonghyun sunbae.

Tiba-tiba Yongguk sunbae melingkarkan lengannya di bahuku. Kelas Jonghyun sunbae riuh seketika. Dan aku? Aku kaget setengah mati.

“Kita sudah sepakat untuk tidak saling mengusik satu sama lain.” Kata Yongguk sunbae yang masih saja tampak tenang.

“Geurigo?”

“Bohong besar kalau aku tidak lihat kau sering bersama yeoja ini.”

“Langsung saja ke poinnya, Bang Yongguk.” kata Jonghyun sunbae dengan sinis.

“Aku ingin memperjelas status kalian. Kalau kalian memang berkencan. Aku terima kenyataan dan mundur baik-baik.”

Aku menelan ludah. Mwo? Apa katanya? Maksudnya apa? Yongguk sunbae bilang apa barusan? Dia suka padaku? Dia ingin berkencan denganku dan dia minta izin dengan Jonghyun sunbae?

“Mwo? Kau datang ke kelasku hanya untuk tanya itu?” tanya Jonghyun sunbae dengan wajah mengejek.

“Ne. Aku tahu ini sangat memalukan. Tapi ini sudah menjadi kesepakatan kita, bukan?”

Aku bingung. Aku takut. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Aku menatap Jonghyun sunbae yang saat ini menatapku lekat-lekat.

“Jonghyun-ah, oette?” tanya Yongguk sunbae.

“Ani.”

“Mwoga? Bicaralah yang jelas.”

“Aku tidak ada hubungan apapun dengannya. Kau ingin mengencaninya? Lakukan. Aku tidak akan mengganggu.”

Aku menatap dirinya dengan tidak percaya. Buku yang diberikannya semalam bahkan masih kupegang. Setelah apa yang kami lakukan selama ini, kenapa dia mengatakan seperti itu? Kakiku gemetaran namun aku tidak berani bilang apa-apa saat ini.

Aku hanya bisa menunduk hingga Yongguk sunbae menarik tanganku keluar dari kelas Jonghyun sunbae. Dia menatapku dengan heran ketika diluar kelas.

“Wajahmu sangat pucat. Wae? Kau kaget?” tanyanya sambil mengusap pipiku.

“Ne? Aku…”

“Kembalilah ke kelasmu. Aku sudah mendapatkan jawabanku.”

“Ne..” sahutku terbata.

(Woohyun POV)

Jonghyun hanya mengurung diri dalam ruangan olahraga sepulang sekolah tanpa mau bicara. Aku tidak paham duduk permasalahannya. Jonghyun juga tampak tidak mau bicara sesuatu. Aku memandanginya dan hanya bisa diam. Tiba-tiba ponselnya bergetar.

“Ah, wae? Keu yeoja jinjja!” keluhnya saat melihat nama Yoobin di layar ponselnya.

“Wae? Aku di ruang olahraga. Kau ingin bertemu denganku? Kemari.” Katanya pendek setelah dia menerima panggilan yeoja itu.

Tidak berapa lama, Yoobin datang dengan wajah pucat pasi. Aku benar-benar khawatir melihatnya.

“Wae?” tanya Jonghyun.

“Jeongmalyo?”

“Mwoga?”

“Jeongmalyo kalau sunbae tidak pernah menganggap sesuatu diantara kita?”

“Uri? Ada apa dengan kita?”

“Keunde…..”

“Apa aku pernah bilang kalau kita sepasang kekasih atau apa? Kurasa kamu sudah salah menilai aku, Kwon Yoobin.”

Yoobin menangis mendengar kalimat Jonghyun. Namja itu terdiam membatu saat melihat Yoobin menangis.

“Ah, kenapa menangis begitu? Uljima.”

“Neo jinjja! Jinjja nappeun namja! Kenapa melakukan itu padaku? WAEYO? KAU PIKIR LUCU MEMPERMAINKANKU BEGITU?”

Yoobin pergi begitu saja dari ruangan. Jonghyun menghela nafas panjang. Aku mengusap punggungnya perlahan.

“Nan…. Yoobin neomu johahae.” kata Jonghyun dengan kepala tertunduk. Aku hampir mati sesak nafas mendengar pengakuannya.

“Jeongmalyo? Lalu?”

“Aku.. aku menyukaimu sejak pertama aku melihatmu. Aku berpura-pura menidurimu di gudang supaya kamu tidak diganggu namja lain. Aku benar-benar ingin menjagamu dengan sebaik mungkin. Aku tahu kamu sangat bingung dengan ciuman yang kuberikan padamu. Aku benar-benar menyukaimu, Yoobin.” Jonghyun terus bicara tanpa mengangkat kepalanya. Dia terdiam sesaat kemudian menatapku.

“Itu yang ingin kukatakan padanya sebenarnya.” Katanya dengan senyum getir.

“Lalu? Lalu barusan kenapa bilang begitu?”

“Himchan menemuiku semalam.”

“Mwo?”

(Jonghyun’s Flashback)

“Sedang apa kau disini, Kim Himchan? Berani sekali kau datang ke rumahku.”

“Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu.”

“Mwoga? Cepat tanyakan dan pergilah. Aku tidak ingin kita buat keributan di malam seperti ini.”

“Nan bwasseo.”

“Mwoga?”

“Keu kisseu.”

“Mwo?”

“Aku bilang aku lihat kalian berciuman. Neo rang Yoobin rang.”

“Mworago?”

“Kau laki-laki kan? Kau bisa rasakan ketika kamu menciumnya. Kau bisa rasakan bagaimana caranya dia memejamkan mata saat bibirmu menyentuh bibirnya, caranya membalas pegangan tanganmu. Kau tahu itu bukan? Dia menyukaimu. Sangat. Bohong kalau kau bilang tidak.”

“Ah, wae? Apa itu masalah juga untukmu? Aku tidak merebut pacarmu bukan?”

“Yongguk menyukainya.”

“Ne?”

“Bang Yongguk menyukai Yoobin. Dia hanya sedang memantapkan hatinya sebelum dia benar-benar ambil keputusan untuk berkencan.”

“Apa sih maksud kedatanganmu kemari?”

“Aku ingin tanya, neo jinjja Yoobin johahae?”

“Aku tidak mau jawab pertanyaan itu.”

“Wae? Museowo?”

“Kenapa aku harus takut?”

“Harusnya kau memang takut. Ayah ibumu mengaku saling sayang hingga akhirnya lahirlah kamu kemudian mereka meninggalkanmu begitu saja seperti sampah.”

“Jaga mulutmu, Kim Himchan!”

“Kau tahu kan kalau ayahmu yang meninggalkan ibumu saat dia melahirkanmu hingga dia akhirnya frustasi dan meninggalkan kamu juga?”

“HIMCHAN!”

“Darah ayahmu mengalir di dirimu, Jonghyun. Lalu sekarang kau memilih berkencan dengan seorang wanita? Bagaimana kalau kau melakukan yang sama dengan yang dilakukan ayahmu?”

“Geumanhae. Katakan apa maumu. Aku tidak mau bertengkar. Jebal.”

“Aku hanya ingin tanya, bagaimana perasaanmu untuk Yoobin. Kalau kau memang suka, aku akan sarankan pada Yongguk untuk tidak menyukai Yoobin. Akan lebih mudah baginya jika tidak memulainya.”

-End of Flashback-

 

(Woohyun POV)

Aku hanya bisa menelan ludah mendengar cerita lengkap Jonghyun. Ah, aku sudah tahu masalah itu yang akan menjadi kendala hubungannya dengan Yoobin.

“Kenapa kau mendengarkan perkataan Himchan, Jonghyun? Dia hanya ingin memprovokasi kamu!”

“Tapi perkataannya benar, Woohyun. Aku hanyalah anak dari ayah dan ibu yang menelantarkan anaknya.”

“Tapi tidak ada jaminan kau akan melakukan hal serupa pada Yoobin.”

“Kalau iya? Kalau aku sampai membuatnya menangis?”

“Realistis, Jong! Kau mana boleh bicara begitu?!”

Jonghyun menghela nafas panjang. “Aku rasa ini keputusan paling tepat, Woohyun. Yang terpenting bagiku adalah dirinya. Hanya dengan cara ini aku bisa menjaganya. Yongguk akan menyukai Yoobin dengan baik.”

“Mwoya? Hanya demi Yoobin katamu? Kau bahkan sangat terpukul dengan keadaan ini, Jong!”

“Gwaenchana. Selagi dia masih bisa tersenyum. Aku sudah cukup senang.”

“Paboya? Tersenyum apanya? Dia menangis Jjong! Dia ingin bersamamu!”

“Aniya. Ini hanya awalnya. Dia akan mudah melepasku. Percayalah.”

Prang. Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh dari dalam gudang penyimpanan. Aku dan Jonghyun buru-buru berlari ke sana untuk memeriksanya. Ada Hayoung yang berdiri dengan gemetaran.

“YA! Sejak kapan kau disini?” tanya Jonghyun.

“Maafkan aku, sunbaenim.”

Jonghyun memegang bahu Hayoung dan mengguncangnya. “Kau dengar semua perkataanku?” tanyanya dengan panik.

Hayoung mengangguk perlahan. Jonghyun menghela nafas panjang. “Sedang apa kamu disini?”

“Aku.. Aku sedang mengambil barang. Kemudian sunbae masuk dan terjadilah semuanya. Maafkan aku, sunbae. Sungguh. Maafkan aku.”

Jonghyun kembali menghela nafas panjang. “Oh Hayoung, aku bisa saja membuat hidupmu berantakan. Tapi aku bisa tidak melakukan itu. Hanya saja berjanjilah satu hal.”

“Apa, sunbaenim?”

“Jangan beri tahu Yoobin soal hal ini.”

“Tapi sunbaenim….”

“Kalau sampai Yoobin tahu, kau tahu apa yang akan kulakukan padamu.” Ancam Jonghyun dengan wajah bengisnya kemudian pergi begitu saja.

(Hayoung POV)

“Aku terlalu berharap padanya.” Kata Yoobin dengan mata sembab karena terus menangis. Aku hanya bisa diam memandanginya tanpa bisa berkata apapun.

“Hayoung-ah, bisakah kamu setidaknya komentar? Kau hanya diam saja. Kau tidak peduli padaku?” keluhnya sambil mengusap matanya yang masih mengeluarkan airmata.

“Sebesar itu rasa sukamu untuknya?”

“Ne. Aku sangat menyukainya. Bodohnya aku.” isaknya.

Yang terpenting bagiku adalah dirinya. Kalimat sunbae itu terus terputar di benakku. Kalau saja. Kalau saja Yoobin tahu keadaan yang sebenarnya. Ah, kasihan sekali Jonghyun sunbae.

“Dia akan kembali padamu jika dia jodohmu, Yoobin. Berhentilah menangis.”

“Aku tidak mau berjodoh dengannya! Nappeun namja! Berani sekali membuat aku jatuh cinta kemudian meninggalkanku begitu saja.”

Dia tidak meninggalkanmu begitu saja, Yoobin. Ini bahkan lebih menyakitkan untuknya. Aish! Aku tidak tahan dengan semua ini. bagaimana ini? aku jadi ingin memberitahu Yoobin tapi aku takut dengan sunbae.

Yoobin berbaring di ranjangku kemudian memejamkan matanya. Ya, mungkin dia sangat lelah dengan apa yang dirasakannya saat ini. Dia ingin istirahat sebentar setelah menangis seharian. Ponselku tiba-tiba bergetar. Aku berlari keluar begitu tahu itu Jonghyun sunbae. Aku menyimpan nomor ponselnya karena waktu itu aku ada perlu dengannya tapi aku tidak tahu dia dapat darimana nomor ponselku. Padahal aku pernah dengar kabar, isi ponselnya hanya 3 orang, Woohyun sunbae, paman Woohyun sunbae, dan seorang wanita yang lebih tua darinya.

“Ne, sunbaenim?”

“Kau tidak bilang apa-apa padanya kan, Hayoung?”

“Ne.”

“Gomawo. Aku berterima kasih sekali kau tidak memperkeruh masalahku.”

Kemudian Jonghyun sunbae terdiam. Dia terdengar menghela nafas panjang. “Anak itu masih menangis?” tanyanya dengan suara berat. Sungguh, hatiku sedih sekali mendengar suaranya.

“Ne. Matanya sampai bengkak.”

“Hayoung-ah, kubelikan apapun yang kau mau, bisa bantu aku hibur dia?”

Aku terdiam mendengar kalimatnya barusan. Ya ampun, Yoobin. Namja ini sangat menyukaimu! Ini hanya karena masa lalunya. Aigo, aku ingin menangis saja saat ini.

“Tapi dia menginginkanmu, sunbae.”

“YA! Geumanhae! Kau tidak kuizinkan bicara begitu!” teriaknya.

“Aku tidak bisa berbuat apapun, sunbae. Dia terus menangis. Sunbae cinta pertamanya. Mengerti kenapa dia begitu berat melepasmu?”

“Oetteohge? Tidak ada yang bisa kau lakukan? Kau boleh meminta bantuan Jongin. Yoobin dekat dengan namja itu juga.”

“Sunbaenim. Jongin berbeda denganmu! Yang disukainya kau, sunbaenim!”

Jonghyun sunbae menghela nafas panjang. “Arrasseo. Kau temani dia, Hayoung. Gomawo.”

(Woohyun POV)

Jonghyun tidak juga mau makan meski wajahnya sudah sangat pucat. Aku benar-benar khawatir melihatnya.

“Makanlah sedikit, Jonghyun.”

“Aku tidak lapar.”

“Kau yang mengambil keputusan ini. Kau harus bisa menjalaninya, Jonghyun.”

“Entah kenapa rasa sakitnya lebih besar dari yang kubayangkan.” katanya pelan dengan wajah tertunduk. Jonghyun mengeluarkan ekspresi sedihnya dengan sangat jelas saat ini. Pamanku akan kaget jika melihat Jonghyun bersedih. Ya, ini pertama kalinya bagi Jonghyun. Pertama kalinya dia hampir menangis.

“Kembalilah padanya jika kamu begitu menyayanginya, Jong.”

“Andwae.” katanya sambil menggeleng perlahan.

Dia membuka lacinya dan mengambil sebungkus rokok. Aku hanya bisa diam memandanginya. Dia mengambil sebatang rokok, mengigit ujungnya, tapi tepat ketika akan menyalakan koreknya, dia malah menghela nafas dan membuang rokoknya.

“Wae?” tanyaku.

“Aku sudah lama berhenti merokok. Aish, Yoobin selalu sesak jika aku merokok. Itu sebabnya aku berhenti merokok. Entah kenapa sekarang aku masih enggan merokok.”

Aku terdiam. Ini lebih menyedihkan dari apapun juga. Jonghyun perokok berat. Dia sering mencuri rokok pamanku sejak dulu. Hanya dekat dengan Yoobin beberapa bulan saja, dia bisa melepaskan kebiasaan buruknya itu. Aku semakin mengerti perasaan Jonghyun untuknya.

***

(Yoobin POV)

Aku hanya bisa menelan ludah ketika melihat Yongguk sunbae tepat di depan pintu rumahku. Ya, dia menjemputku. Meskipun itu bukan pernyataan cinta langsung, bahkan aku belum bilang kalau aku mau jadi pacarnya, entah bagaimana ceritanya hingga aku dianggap resmi jadi pacarnya.

“Sunbae?” kataku terbata.

“Annyeong.” sapanya dengan bibir melebar.

“Annyeonghaseyo, sunbae.”

“Aigo, tidak perlu sungkan begitu. Biasa saja.” katanya sambil tersenyum kemudian dia mengusap kepalaku dengan lembut.

Aku hanya bisa terdiam ketika dia melakukan itu. Tepat ketika itu Woohyun sunbae dan Jonghyun sunbae lewat di depan rumahku. Namja itu mendadak berhenti berjalan dan sempat menatapku namun hanya sesaat. Aku menghela nafas. Ya, tidak ada yang bisa kulakukan saat ini. Untuk apa aku bersedih demi namja yang bahkan tidak pernah peduli denganku?

Aku tersenyum pada Woohyun sunbae namun saat mencoba untuk menatap Jonghyun sunbae, bibirku seperti kaku, entah kenapa aku masih belum bisa melupakan kejadian kemarin. AISH! KAU TIDAK BOLEH BEGINI, YOOBIN! TUNJUKKAN PADANYA KAU TIDAK KALAH!

“Annyeonghaseyo, sunbae.” Kataku setelah aku memberanikan diri menatap kedua matanya.

“Paboya? Kenapa menyapa Jonghyun? Kajja! Pergi!” kata Yongguk sunbae dan langsung menarik tanganku.

“Waeyo?” tanyaku sambil mencoba menyamai langkahnya yang buru-buru.

“Kau bodoh atau bagaimana? Kau tidak tahu bagaimana hubunganku dengan Jonghyun? Kenapa kamu masih saja bersikap semanis itu dengannya?”

“Tapi apa aku harus menjauhinya karena dia musuhmu, sunbae?”

Yongguk sunbae menghela nafas. “Ne. Arra. Aku tahu kau sangat dekat dengannya. Tapi sekarang tidak bisa lagi, Yoobin. Kita sepasang kekasih.”

“Keunde, sunbae….”

“Satu lagi. Bisa berhenti memanggilku begitu?”

(Woohyun POV)

Jonghyun memang bukan orang yang periang, tapi dia semakin kehilangan keceriaannya. Kalau beberapa minggu lalu aku sempat bersyukur Jjong bertemu dengan Yoobin sekarang aku menyesalinya. Ya, kalau saja dia tidak sempat jatuh cinta pada perempuan itu, mungkin dia tidak begini.

“Ya, sudah kuduga akan begini. Aku akan begini saat melihat mereka sedang berdua.” Kata Jonghyun dengan suara bergetar tepat ketika Yongguk menarik tangan Yoobin dan membawanya pergi dari hadapan kami.

“Geumanhae, Jong.”

“Ne. Harusnya aku berhenti begini. Tangan kecil itu sudah ada yang memegang dan bukan tanganku lagi.”

“Jong! Jeongsin charyeo, Kim Jonghyun!”

“Aish, neomu apeuda.” katanya sambil menunduk dan memejamkan matanya.

Aku benar-benar iba melihatnya. Bagaimana ini? Aku tidak bisa memaksakan Jonghyun karena kenangan masa kecilnya memang begitu dalam melukai hatinya. Tidak mungkin memaksanya mengencani Yoobin karena dia pasti takut saat ini.

“Namja itu harus bisa menjalan konsekuensi pilihannya, Jonghyun.” Kataku sambil mengusap punggungnya.

“Ne. Gomawo, Nam.”

“Kau pasti bisa melaluinya, Kim.”

(Yoobin POV)

Aku benar-benar tidak bisa mencari jalan untuk menghibur diriku sendiri. Ya, bagaimanapun ini pertama kalinya aku jatuh cinta dan ditinggalkan begitu saja. Aku benar-benar merasa jatuh dan terpuruk.

Pulang sekolah, aku memutuskan menyendiri dalam ruang lukis yang selalu saja sepi. Bodohnya aku malah memilih melukis foto kaki kami ketika di kereta waktu itu. Ya, kuakui, rasa sukaku untuknya terlalu besar.

“Geurohke joha?” terdengar suara berat dari belakangku. Aku menoleh. Oh ya ampun, Yongguk sunbae.

“Sunbae? Sejak kapan disitu?” tanyaku terbata.

“Neo jinjja. Neo Jonghyun geurohke joha?”

“Ap..apa maksudmu, sunbae?”

“Lukisan itu. Itu gambar Jonghyun bukan?”

Aku menelan ludah. Bagaimana ini? bagaimana? Apa yang harus kulakukan saat ini? Bagaimana ini?

“Keuge……”

Yongguk sunbae menarik kursi dan duduk tepat di depanku. Dia menatapku kemudian menghela nafas panjang.

“Marhaebwa.” Katanya pelan.

“Apanya, sunbae?”

“Katakan apa yang ada pada Jonghyun dan tidak ada padaku.”

Aku terdiam. Ini bukan soal ada atau tidak ada. Bagaimana aku menjelaskan ini padanya sedang aku pun tidak mengerti perasaanku.

“Bukan begitu, sunbae. Aku hanya……”

Yongguk sunbae memejamkan matanya dan mengecup keningku dengan lembut. Aku sampai terkejut dengan perlakuannya.

“Kumaafkan. Jadi tidak perlu takut.”

“Sunbae….”

“Arra. Aku tahu kamu begitu menyukainya. Aku bisa melihat itu dari gayamu saat bersamanya.”

“Mianhaeyo, sunbaenim.”

“Gwaenchana. Kita bisa mulai pelan-pelan.”

Aku terdiam. Kupikir dia akan minta untuk menyudahi hubungan ini. Tapi kenapa dia malah bilang begitu? Kenapa dia tidak marah sama sekali?

“Tapi, sunbae….”

Dia mengecup pipiku, membuat aku kehabisan nafas dan hanya bengong menatapnya. Bukan itu. Aku bukan berdebar karena dikecup olehnya. Debaran jantungku masih normal, itu artinya aku tidak merasakan apapun barusan. Aku hanya kebingungan.

“Dua kali. Aku mengecupmu dua kali. Aku anggap kita sah berhubungan sebagai pasangan kekasih.”

Yongguk sunbae berdiri dari kursinya dan mengusap kepalaku dengan lembut. Ya, wajahnya memang jauh lebih lembut dibandingkan Jonghyun sunbae. Tapi bagaimana lagi? Yang kusukai Jonghyun sunbae.

“Sunbaenim….”
“Aigo, telingaku gatal. Panggil aku dengan kata lain. Paham?” katanya sambil tersenyum.

(Woohyun POV)

Aku dan Jonghyun sedang melintas ruang lukis ketika kami melihat hanya ada Yongguk dan Yoobin di dalam sana. Jonghyun menghentikan langkah kakinya.

“YA! Kim Jonghyun! Kenapa berhenti? Kajja.” Kataku.

“Sebentar.”

“Sudahlah. Kau bilang akan merelakan mereka. Mereka sudah jadi sepasang kekasih. Wajar kalau berdua seperti itu.” bisikku.

“Sebentar saja, Nam Woohyun.”

Aku menghela nafas. Jonghyun merapatkan tubuhnya ke pintu untuk mencuri dengar percakapan mereka, meskipun suara Yongguk terdengar cukup jelas tanpa perlu mendekatkan diri ke pintu.

Aku hampir tersedak minuman yang sedang kutenggak ketika aku melihat Yongguk mengecup Yoobin. Sama halnya dengan Jonghyun, wajahnya mendadak menjadi semerah tomat. Emosinya sangat tinggi saat ini. Aku hanya bisa diam melihatnya.

Kemudian ketika Yongguk mengecup Yoobin untuk kedua kalinya, Jonghyun menghela nafas panjang dan meninggalkan ruang lukis begitu saja. Aku mengejarnya dan lagi-lagi kami membisu.

“Sebenarnya apa maumu, Jonghyun?” tanyaku.

“Mwoga?” tanyanya lemah. Matanya tampak memerah. Oh ya ampun. Namja ini benar-benar kehilangan Yoobin.

“Harusnya kamu kasihan pada Yoobin. Dia masih melukismu, Jonghyun. Hentikan skenario bodohmu ini, Jong.”

“Andwae.”

“Wae andwae? Kau benar-benar tidak realistis, Jong!”

“Tapi Woohyun….”

“Kau takut mengecewakan dia kelak? Cih, itu alasan paling pengecut yang pernah kudengar! Kau bahkan belum mencoba untuk menjaganya tapi kamu mundur begitu saja? Kau laki-laki atau bukan?!” teriakku. Aku benar-benar tidak tega melihat keadaan keduanya yang begitu terpukul dan kurasa ini nasehat yang tepat. Masalahnya hanya ada pada Jonghyun saat ini.

“Sebagian hatiku pun bilang begitu, Woohyun!”

“Karena itu hentikan semua ini, Jong!”

“Aku takut, Woohyun-ah. Jeongmal. Takut sekali. Mengerti maksudku kan? ” katanya pelan.

Aku terdiam menatap sahabatku itu. Ya, sebelumnya Jonghyun tidak pernah takut apapun. Aku benar-benar prihatin dengan kondisinya saat ini.

***

to be continued

7 thoughts on “Gangster in Love [Part 9]

  1. Jeongmal keren bnget critanya,,,aku dah baca dari part 1-8, skrang nmu yg k 9 brasa dpat jackpot. Di tunggu lanjutannya ya thor, smngat trus:D:)

    • ah jinjja? author juga rindu nulis T.T. masih ditunggukah cerita author?
      ditunggu selalu komentarnya ya reader-nim.
      mohon dishare juga. udah lama ga aktif sih jadi readernya berkurang. hehe.

Leave a comment