(Jiyong POV)
Aku membawa mobilku dengan kecepatan rendah. Memeriksa setiap sudut jalan, memastikan dia ada disitu atau tidak. Setelah lima belas menit mencari, aku menemukan dia duduk di ayunan taman sambil menangis. Aku menghentikan mobilku dan kuambil jaketnya lalu kuhampiri dia.
Saat aku menghampirinya, dia masih saja menangis sambil menunduk. Kasihan sekali. Dia pasti sedih dengan perlakuan Yongbae.
“Udara malam bisa membuatmu sakit.” Kataku sambil memasangkan jaketnya dibahunya.
Dia tidak menyahuti perkataanku. Dia hanya terus menangis sesenggukan. Aku berjongkok untuk melihat wajahnya. Matanya sudah bengkak. Kuusap perlahan matanya. Dia menatapku kemudian dia mengulurkan tangannya dan menarik tudung sweaterku kemudian memasangkannya di kepalaku.
“Akan bahaya jika orang melihatmu disini.” Katanya masih dengan sesenggukan.
Aku tersenyum. Disaat seperti ini. masih saja bisa dia memikirkan posisiku. Park Soo Bin, selamat, anda telah memenangkan hatiku.
“Yongbae itu baik. Aku tidak mengerti kenapa dia begitu.”
“Baik apanya? Dia jahat. Kenapa dia melakukan itu kalau memang dia baik?” katanya sambil menangis.
“Iya. Aku mengerti perasaanmu. Dia memang sedikit keterlaluan.”
“Sedikit? Dia sangat keterlaluan, oppa!”
“Iya. Iya. Dia sangat keterlaluan. Sudah ya. Jangan ditangisi lagi.”
“Kenapa Taeyang oppa begitu? Apa salahku? Apa dia begitu membenciku hingga dia melakukan itu?” katanya sambil menangis.
“Aniyo. Tidak ada yang membencimu.”
“Lalu apa maksudnya?”
“Aku juga tidak tahu. Maafkan Yongbae.”
Continue reading →