Gangster in Love [Part 13]

Please read this first.

(Author POV)

“YA! KWON YOOBIN!”

Yoobin membuka matanya dengan penuh keterkejutan ketika mendengar suara nyaring memanggil namanya.

“Hayoung-ah?” tanya Yoobin dengan wajah tidak percaya.

“YA! Kenapa tidur disini sendirian? Kau tidak takut?”

Yoobin menatap matras yang ditidurinya kemudian menatap Hayoung. “Aku tidur disini sendirian?”

“Ne. Akupun sangat heran. Semalam ibumu menanyakan padaku karena kau bilang tidur di rumahku. Tapi kutunggu sampai tengah malam, kau tidak juga datang. Kenapa tidur disini?”

Yoobin tidak menjawab pertanyaan Hayoung. Dia merapikan pakaiannya dan segera berlari. Hanya satu tempat yang menjadi tujuannya.

“YA! Kau mau kemana?” teriak Hayoung sambil mencoba mengejarnya.

Yoobin berlari kencang menuju rumah namja itu. Bahkan Yoobin mengetuknya dengan tergesa namun tidak ada jawaban.

“YA! Apa yang kau lakukan?” tanya Hayoung yang akhirnya berhasil menyusul Yoobin meski dengan nafas terengah.

“Jonghyun sunbae eodinde? Tidak biasanya dia tidak di rumah. Ini hari Minggu.”

“Neon jinjja mollasseo?”

“Mwoga?”

“Sunbae pindah rumah sejak dini hari tadi, Yoobin.”

“MWO?”

“Jonghyun sunbae pindah dari sini. Kau tidak tahu itu? Namja itu bahkan tidak berpamitan padamu?”

“Apa aku bermimpi semalam?”

“Mwoga?”

“Semalam aku bertemu sunbae di ruang olahraga. Aku.. aku… aku…”

“Bicaralah dengan lebih jelas, Yoobin.”

Yoobin menunduk dengan airmata yang mengalir. Saat itu dia melihat benda yang melingkar di lengannya.

“Hayoung-ah. Aku tidak bermimpi. Sunbae, neo jinjja!” airmata Yoobin kembali mengalir dengan deras.

(Hayoung POV)

Yoobin terdiam menatap kosong pada langit-langit kamarnya. Sudah seharian dia menangis dan kurasa dia lelah. Kemudian dia menatapku.

“Hayoung-ah, jujurlah padaku. Sunbae tidak memberitahumu kemana dia pindah?” tanyanya lemah. Wajar saja, dia hanya minum air seharian ini.

“Sungguh! Aku tidak tahu. Aku jujur padamu, dompet itu skenarioku. Jonghyun sunbae ingin menghabiskan semalam bersamamu. Aku pikir sunbae akan menceritakan semuanya sekaligus berpamitan. Aku tidak tahu kalau akan begini.”

Ya, sore itu sunbae meneleponku dan meminta tolong untukku menyuruh Yoobin ke ruang olahraga karena ada yang disampaikan. Aku pikir Jonghyun sunbae akan kembali menata hubungannya dengan Yoobin. Aku tidak menyangka kalau dia malah pergi tanpa pamitan. Aku tadinya mau merahasiakan ini namun mendadak tidak tega dengan wajahnya.

“Naneun oeteohgeyo, sunbae? Kenapa kau jahat sekali padaku?” keluhnya. Airmatanya kembali mengalir.

Ponsel Yoobin bergetar, ada nama Yongguk di layarnya. Yoobin menghapus airmatanya dan berdeham beberapa kali.

“Ne, oppa?”

Yoobin tidak menyahut. Aku bisa dengar namja itu bicara, meski tidak terdengar jelas apa isi perkataannya.

“Aku sedang tidak enak badan, oppa. Bisakah kita berkencan di lain hari?”

“Gomawoyo, oppa.”

Klik. Yoobin mematikan ponselnya. Kembali airmatanya mengalir. “Uh, oetteohge? Haruskah kuakhiri hubunganku dengannya juga?”

“Nugu? Bang Yongguk?”

“Ne.”

“YA! Andwae! Kau tidak punya perasaan ya?” keluhku.

“Aku bahkan sudah tidak berselera lagi untuk menjalani hubungan, Hayoung-ah.”

“Tenangkan dirimu, Yoobin. Berpikir jernihlah!”

(Yoobin POV)

“Sudah. Jangan dipikirkan lagi.” kata Hayoung sambil menepuk punggungku perlahan.

Aku lagi-lagi hanya bisa menghela nafas panjang. Sebenarnya aku malas untuk sekedar bersekolah, namun aku tidak punya pilihan lain meski bayangan Jonghyun sunbae masih di otakku. Beberapa kali Yongguk oppa mengirimkan pesan singkat padaku sejak kemarin, tidak satupun kubalas. Entah bagaimana aku harus menjalani hidupku saat ini. Aku merasa semuanya berakhir.

“Wae?” tanya Yongguk oppa. Akhirnya namja ini memilih menemuiku ke kelas tepat setelah bel pulang berbunyi.

“Mwogayo?” tanyaku.

“Kenapa kau mengabaikan panggilan dan pesanku sejak kemarin?”

“Aniyo, keuge…..”

“Jonghyun lagi?”

“Mwoya. Kenapa disangkutpautkan dengannya, oppa?”

“Arra. Aku sudah dengar kalau di pindah sejak kemarin. Lalu kau kehilangan gairah hidupmu karena dia? IYA?” tanpa sadar oppa menaikkan nada suaranya. Ya, ini kali pertama oppa menggunakan nada tinggi padaku.

“Oppa! Wae geuraeyo?”

“Harusnya aku yang bertanya padamu. Ada apa denganmu? Apa aku kurang berusaha selama ini? Kau anggap apa aku?”

Aku terdiam. Ya. Aku pun merasa oppa adalah korban. Ya. Aku yang salah disini. Aku yang tega menjalani hubungan dengannya meski tidak ada rasa apapun.

“Mianhaeyo, oppa.”

“Mian? Mwoga mian? Aku tidak butuh maaf! Mengatakan maaf sama saja kau mengakui kalau kau tidak pernah anggap aku ada.”

“Oppa, jebal! Jangan katakan itu.”

Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku. Refleks aku memalingkan wajahku untuk menghindari wajahnya.

“Bwa? Kau bahkan tidak pernah memberi izin aku masuk dalam hatimu, Yoobin. Sadarlah.”

“Keunde oppa…”

“Aku pulang. Kau pulanglah sendiri.” potongnya cepat. Yongguk oppa memakai tasnya dan berlalu begitu saja dari kelasku. Hayoung yang ada di kelas sejak tadi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kami. Dia enggan berkomentar apapun.

(Jongin POV)

“Bisa ambilkan aku segelas air, Jongin-ah?” pintanya lemah.

Sudah empat hari terakhir Yoobin demam hingga dua hari ini kami memutuskan membawanya ke rumah sakit. Sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh padanya dan tidak ada masalah apapun. Ya, mungkin dia hanya terlalu stress.

“Makanlah. Meskipun sedikit. Oette? Kusuapi ya?” kataku sambil mengusap pipinya. Wajahnya sangat pucat, selera makannya turun drastis.

“Aku kenyang, Jongin.”

“Kau tidak kasihan dengan ayah ibumu? Mereka mengkhawatirkanmu, Yoobin.”

Yoobin terdiam. Hayoung sudah menceritakan semuanya padaku. Aku sebenarnya tahu mengenai permintaan Jonghyun untuk bicara pada Yoobin. Tapi sulit kupercaya namja itu malah pergi begitu saja. Kasihan sekali Yoobin. Masalahnya bahkan tambah berat dengan menjauhnya Yongguk. Aku ingin membantu namun tidak ada yang bisa kuperbuat.

“Arrasseo. Aku coba makan. Bantu aku, Jongin.”

Aku tersenyum mendengarnya. Ini pertama kalinya aku melihat Yoobin mengatakan ingin coba makan. Aku mengambil makanannya dan mencoba menyuapinya. Aku sudah cukup senang ketika lima sendok bubur berhasil ditelannya.

“YA! Kwon Yoobin! Wanjeon daebak! Makanlah begitu! Kau akan cepat pulih.” puji Hayoung ketika masuk ke ruang rawat dan melihat Yoobin sedang makan.

“Apa kau tahu dimana oppa?” tanyanya pada Hayoung yang sedang asyik menyisir rambut lembut Yoobin.

“Molla. Kau tidak mencoba meneleponnya?”

“Sudah. Tapi tidak diangkat.”

“Mwoya? Namja macam apa? Dia bahkan tidak pernah menjengukmu sekalipun kesini. Aku akan menanyakannya di sekolah besok.”

“Andwae. Mungkin dia sibuk.”

“Setidaknya tanyakan kabarmu! Kau sudah empat hari tidak sekolah dan dia tidak peduli? Masih pantas disebut pacar?”

Entah perasaanku saja atau tidak, tapi aku selalu merasa Hayoung kurang menyetujui hubungan Yoobin dengan Yongguk. Meski Hayoung selalu menasihati Yoobin untuk tidak mempermainkan perasaan Yongguk, tapi terlihat jelas kalau Hayoung sebenarnya kurang suka dengan namja itu.

“Nan gwaenchana, Hayoung-ah. Lagipula mana ada orang yang tidak marah saat wanitanya menolak dicium.”

Aku dan Hayoung saling pandang. Meski Hayoung sudah menceritakan kejadiannya padaku, aku hanya berpura-pura tidak tahu setiap Yoobin mengungkitnya.

“YA! Harusnya Yongguk tahu kalau kau memang pernah dekat dengan Jonghyun. Kau kan tidak bisa memilih takdir.”

“Ini salahku, Hayoung.”

“Sampai kapanpun kau akan selalu menyalahkan dirimu. Aku enggan membahas ini lagi.”

“Benar. Istirahatlah, Yoobin.” potongku. Aku tidak ingin Yoobin memikirkan masalah ini saat kondisi kesehatannya pun sedang tidak baik.

Menjelang sore, aku dan Hayoung memutuskan untuk pulang. Kami sudah sedikit lega karena dia bahkan berhasil menghabiskan makan sorenya. Kemudian Hayoung mengajakku membeli biskuit kesukaan Yoobin di desa sebelah. Rencananya akan kami bawa besok saat menjenguknya. Kami melintasi sebuah kafe kecil disana. Ketika itulah aku dan Hayoung melihat Yongguk sunbae. Aku hampir tidak mempercayai penglihatanku.

“YA! Kim Jongin! Itu bukan Yongguk sunbae?”

“Kecilkan suaramu.”

“Dia bergandeng tangan dengan wanita lain?”

Aku memincingkan mataku untuk memperjelas penglihatanku. Jelas kalau dia sedang bergandengan tangan dengan wanita itu. Sial! Apa maksudnya namja ini?

“Brengsek! Akan kuhabisi dia!” kata Hayoung dengan wajah geram.

“YA! Tahan emosimu! Kau lupa siapa Yongguk sunbae?”

“Jongin-ah! Kau tidak tahu perasaanku! Yoobin bahkan kehilangan cinta pertamanya yang mengalah untuk namja macam dia!”

Aku menatap Hayoung dengan tidak percaya. Hayoung buru-buru menutup mulutnya. Dia tampak terkejut dengan kalimat yang diucapkannya.

“YA! Oh Hayoung! Kau mengetahui sesuatu yang tidak kuketahui, bukan?”

“Aniya! Aku tidak tahu apa-apa.”

“Jujurlah padaku!”

“Molla! Aku tidak tahu apapun!”

“YA! OH HAYOUNG!”

Kami saling tatap. Hayoung menghela nafas panjang. “Jangan paksa aku, Jongin.”

“Ceritakan padaku, semuanya. Atau aku akan mengadu pada Yoobin.”

“Geumanhae. Dia sudah terlalu banyak tersiksa. Arrasseo. Akan kuceritakan.”

(Hayoung POV)

Aku menceritakan semua yang kuketahui pada Jongin. Semua yang kudengar di ruang olahraga dulu. Tanpa terkecuali. Jongin menatapku dengan tidak percaya.

“Mworago? Jadi ini semua karena Himchan sunbae?”

“Itu yang kudengar. Jonghyun sunbae bahkan merelakan Yoobin untuk Yongguk, dan ini balasannya?”

“Sial!”

Jongin menarik tanganku dan naik ke bus yang baru saja merapat di halte. Wajahnya tampak penuh amarah. Begitu sampai, Jongin berlari ke arah rumah Himchan sunbae. Aku bahkan tidak bisa menahan dirinya lagi.

“Wae? Siapa kau? Berani sekali menemuiku tanpa membuat janji!” pekik Himchan dengan wajah bengis, khas sekali.

“Aku ingin bicara!” kata Jongin dengan suara tidak kalah tinggi.

“Marhae!”

“Nan bwasseoyo.”

“Mwoga?”

“Yongguk sunbae berkencan dengan wanita lain selain Yoobin.”

Himchan tertawa dengan wajah meremehkan. Kurang ajar! Berani sekali dia memasang wajah seperti itu. Jongin semakin bertambah marah, namun dia menahannya kuat-kuat.

“Lalu?” tanya Himchan setelah tawanya usai.

“Mwo? Kau bahkan tidak kaget, sunbae. Kau tahu itu?”

“Bukan kau tahu sejak dulu kalau Yongguk sering berkencan dengan beberapa wanita sekaligus?”

“Sunbae?!” pekik Jongin. Nafasnya naik turun karena emosinya semakin meningkat.

“Wae? Karena Yoobin sahabatmu, kau tidak terima? Kau lupa siapa Yongguk?”

“Sunbae, jebal! Jangan pancing amarahku!”

“Wae? Lalu kenapa? Yoobin bahkan tidak pernah membalas perasaan Yongguk. Dia terlalu sibuk berselingkuh dengan Jonghyun.”

“YA! TARIK KATA-KATAMU!” teriak Jongin.

“Benar kan? Masih mau berkelit? YA! Oh Hayoung! Jujurlah! Berapa kali Yoobin kencan dengan Jonghyun tanpa sepengetahuan Yongguk?”

“Maksudmu apa, sunbae? Yoobin bukan wanita seperti itu. Jonghyun sunbae juga laki-laki yang bisa dipegang kata-katanya.” sahutku kesal, namun semaksimal mungkin kutahan emosiku agar tidak menjadi pertengkaran.

“Jeongmalyo? Kau pikir aku tidak tahu bagaimana perasaan mereka?”

“Kau bahkan tahu bagaimana mereka saling menyukai, sunbae?!” tanya Jongin dengan suara tinggi. Dicengkramnya kerah baju Himchan.

“Mak.. mak.. maksudmu?” Himchan sunbae menyadari kesalahannya. Dia tanpa sengaja mengakui apa yang telah diperbuatnya.

“Mengakulah! Kau namja sialan yang menghasut Jonghyun sunbae untuk meninggalkan Yoobin.”

“MWO? Jangan bicara sembarangan!” Himchan masih saja berusaha keras untuk berkelit.

“Wae? Kau terlalu takut Yongguk sunbae ditolak Yoobin kalau kau tidak menghasut Jonghyun sunbae sebelumnya?”

Bug. Himchan sunbae memukul Jongin dengan sangat keras. Bibirnya terkoyak dan dari hidungnya mengalir darah. Aku hanya bisa meringis. Tapi Jongin yang terbakar amarah hanya tersenyum sinis sambil mengusap darahnya.

“Sembarang sekali mulutmu memfitnahku!”

“Bodohnya! Kau pikir cinta adalah permainan? Lihat bagaimana JONGHYUN, YOOBIN BAHKAN YONGGUK MENDERITA!”

“TUTUP MULUTMU.”

“Dan pengecutnya, kau lakukan ini tanpa sepengetahuan Yongguk sunbae bukan? Wae? Kau tahu kalau dia juga tidak akan menyetujui tindakanmu!”

(Jongin POV)

Himchan mencengkram kerah bajuku lagi. Aku tahu dia akan melayangkan tinjunya lagi. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin menyalurkan kekesalan hatiku. Aku tahu perihal masa lalu Jonghyun sunbae. Semua orang tahu itu. Aku juga sempat dengar kalau Jonghyun sangat takut dengan hubungan karena dia pernah dikecewakan oleh hubungan. Tapi siapa yang sangka kalau Himchan mempermainkan perasaan Jonghyun dengan masa lalunya yang menyedihkan itu. Aku salut sekali dengan Jonghyun sunbae.

“Geumanhae!” terdengar suara dari belakangku. Yongguk sunbae.

“YA! Bang! Kapan tiba?”

“Wae? Ada apa ribut-ribut?”

“Seperti biasanya, Jongin membuat masalah.” sahutnya dengan terbata.

Cih, seperti yang kuduga. Himchan memang tidak berani mengakui apa yang diberbuatnya. Kalaupun Yongguk tahu, dia pasti marah. Siapa yang mau mengganggu hubungan orang? Meski dulu wanita yang dikencani Yongguk meninggalkan dia demi mengejar cinta Jonghyun, tapi tidak pernah sekalipun Jonghyun menanggapi perempuan itu.

Tiba-tiba Yongguk menghela nafas panjang. “Kim Himchan, jinjjaya?”

“Mwoga?”

“Aku mendengar semuanya.”

“Mwoga?”

“Yoobin dan Jonghyun.”

Himchan sunbae terlihat sangat terkejut. Aku tidak menyangka kalau Yongguk sunbae mendengar semuanya. Biar saja. Biar semuanya jelas. Sejelasnya!

“Yongguk… itu.. Dengar dulu penjelasanku…”

“Jawablah dulu. Apa benar yang Jongin katakan? Kau benar menemui Jonghyun?”

“Keuge….”

“Benar?”

“Maafkan aku, Yongguk. Aku hanya ingin kau gembira. Mian. Jeongmal.”

Yongguk kembali menghela nafas panjang. “Kenapa kau setega itu padaku, Himchan?”

“Maaf. Sudah sekian lama berlalu sejak kepergian Jieun dan kau kembali menyukai seorang wanita. Aku hanya ingin wanita itu bisa kau miliki. Hanya itu.”

“Nyatanya? Pernah kau lihat sekali saja Yoobin menunjukkan kalau dia menyukaiku?”

Himchan sunbae menunduk. Yongguk menepuk punggungnya perlahan. Ya, bagaimanapun alasan Himchan sangat bisa dimengerti. Yongguk tampak sebisa mungkin menahan emosinya.

“Yoobin masih demam?” tanya Yongguk padaku.

“Teganya. Beberapa hari berlalu dan baru kali ini sunbae bertanya?” potong Hayoung kesal.

“Mian. Tidak mudah menata perasaan.”

Aku tertegun. Ya, meski begitu, dia juga korban. Dia benar-benar namja yang pernah menyukai Yoobin. Wajar sekali responnya begitu.

“Panasnya belum juga turun.” sahutku.

“Arrasseo. Aku akan menemuinya besok.”

“Kumohon jangan bahas masalah ini besok. Setidaknya tunggu Yoobin keluar dari rumah sakit.”

“Arra. Aku masih pacarnya.”

“Dan aku butuh penjelasanmu, sunbae. Kau sungguh berselingkuh?” tanyaku. Aku ingin memperjelas. Siapa yang pergi dengannya tadi.

“Tadinya. Tapi kurasa aku harus membatalkan rencanaku untuk berselingkuh.”

“Sunbaenim!”

“Arra. Aku tidak akan menyelingkuhinya. Aku akan selesaikan dulu semua masalah ini.”

(Yoobin POV)

“Nona Yoobin, cobalah makan lebih banyak. Itu akan membantumu cepat pulih.” kata suster cantik yang selalu menyemangatiku sambil mengganti infus di lenganku.

“Ne, eonni. Gomawo.”

Eonni itu pergi dan aku mendengar langkah kaki yang mendekat. Aku membuka mataku. Yongguk oppa.

“Oppa?”

“Lagi-lagi kamu tidak menghabiskan makanmu.” katanya dengan suara khas itu. Dia menarik kursinya dan duduk di dekat ranjangku.

“Aku sudah kenyang, oppa.”

“Andwae. Kau bahkan tidak menghabiskan separuh dari makananmu.”

“Aku benar-benar kenyang, oppa.”

Dia menyentuh keningku dengan jemari besarnya. Aku sempat kaget namun memilih diam, menunggu apa yang akan dikatakannya.

“Demammu sudah turun.”

“Eung. Uisa bilang besok aku sudah boleh pulang.”

“Pusing?”

“Aniyo. Waeyo?”

“Bagaimana kalau kita jalan ke taman depan rumah sakit?”

“Johahaeyo!”

Oppa membantuku berdiri. Sebenarnya aku sudah merasa cukup baik untuk berjalan tanpa bantuan, namun oppa membantuku berjalan dengan memegangi tanganku sampai di tempat duduk.

“Aku membelikan ini tadi.” katanya sambil merogoh kantongnya. Aku hanya bisa tersenyum ketika melihatnya membelikanku kue kesukaanku.

“Gomawoyo, oppa.”

“Aku sungguh ingin membawamu makan mie. Tapi kondisimu tidak memungkinkan.” katanya sambil tertawa terkekeh.

(Yongguk POV)

“Aku akan makan mie sebanyaknya ketika aku pulih.” katanya sambil tertawa. Wajahnya masih saja manis, meski sangat pucat bahkan terlihat sangat kurus dibandingkan pertama kali aku mengenalnya.

“Ne. Cepatlah pulih. Aku yang akan bayar semua mie yang kamu makan.”

“Jinjjayo?”

“Ne. Aku janji.”

Tiba-tiba dia memelukku erat. Aku terkejut. Setelah mendengar cerita Himchan, aku merasa semua semakin masuk diakal. Aku mengerti kenapa Yoobin tidak banyak berekspresi saat bersamaku. Ya, perasaannya hanya untuk Jonghyun, namja yang mencampakkannya begitu saja. Aku juga paham kenapa Jonghyun mengizinkan aku mengencani Yoobin meski dia tampak begitu menyukainya. Semua karena ide Himchan. Aku berusaha untuk tidak marah pada siapapun. Aku mencoba memahami Himchan, Yoobin bahkan Jonghyun. Ya, hanya namja yang benar-benar mencintai wanita yang berani membiarkan wanitanya dikencani laki-laki lain.

“Wae? Wae gapjagi?” tanyaku.

“Aniyo. Aku hanya rindu padamu.” katanya sambil mengusap punggungku dengan gaya manjanya yang khas.

“Ah, jeongmal? Kupikir kau bahkan lupa siapa aku.”

“Mwoya? Aku bahkan meneleponmu berkali-kali.”

“Aku sibuk.”

“Sibuk apa?”

“Merencanakan untuk berselingkuh darimu.”

Dia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan dalam. “Andwaeyo. Jangan berselingkuh.”

“Wae? Kau bahkan tidak suka padaku.”

Dia tersenyum kecil, kemudian menunduk. Wajahnya tampak sedikit sedih. Aku sudah berjanji untuk tidak menyakiti hatinya. Sial!

“Hanya namja pengecut yang menyelingkuhi wanita.”

“Lalu? Lalu bagaimana?”

“Oppa putuskan saja aku.”

Aku terdiam menatapnya. Yoobin masih mencoba tersenyum meski aku tahu tidak mudah baginya mengucapkan kata-kata ini. Aku juga tahu Yoobin selalu berusaha menyukaiku, meski tidak bisa mengubah perasaannya.

“Daebak! Yeoja lain memohon untuk tidak diputuskan dan kau melakukan sebaliknya?”

“Jinjjayo, oppa.” katanya pelan. Bibir pucatnya tampak sangat kering, karena demam yang tidak kunjung turun.

“Wae?”

“Aku selalu sedih melihatmu. Aku selalu marah pada diriku yang bahkan tidak bisa membalas perasaanmu. Aku ingin oppa mengencani wanita lain yang lebih baik dariku. Tidak adil jika aku yang minta putus, maka putuskanlah aku.”

Aku tidak bisa menahan senyumku. Ya, dia bahkan tidak mampu untuk meminta putus. Jelas kalau dia masih memikirkan perasaanku. Aku rasa aku akan benar-benar memaafkannya, dan melupakan semua permasalahan ini.

“Jawab dulu satu pertanyaanku.” Kataku.

“Mwogayo, oppa?”

“Uri kisseu… Benarkah kau tidak ada rasa apapun ketika kita melakukannya dulu?”

“Aniyo. Sashileun saat itu jantungku berdetak untuk namja. Sungguh. Hanya saja tidak lama seolah terbang.”

Aku tertawa. Dia bahkan masih belum berani mengungkit Jonghyun di hadapanku.

“Arrasseo. Bisa kuterima.”

“Mianhaeyo, oppa.”

“Sesuai permintaanmu. Kita putus saja, Yoobin-ah.”

Dia mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku. Entah kenapa aku merasa kasihan padanya saat ini. Ya, dia bahkan telah ditinggal Jonghyun karenaku. Entah kemana perginya namja itu. Anak buahku pun tidak dapat melacak lokasinya. Bahkan Jonghyun sudah menyerahkan kekuasaannya untuk salah satu anak buahnya. Ya, Ki Soo yang memimpin di desa ini sekarang, sebagai ganti Jonghyun.

“Oppa…” panggilnya ketika aku mengantarkannya lagi ke kamar dan berpamitan pulang.

“Ne?”

“Gomawo.”

“Mwoga?”

“Kau tidak melingkuhiku. Oppa sebenarnya punya peluang untuk berselingkuh namun oppa bahkan tidak melakukan itu. Aku sangat berterimakasih.”

“Mwoya?” kataku heran.

“Sashil keu eonni kemari pagi tadi.”

“Eonni? Eonni nugu?”

“Jieun eonni.”

“MWO?”

(Yoobin’s Flashback)

“Apa benar kamu yang bernama Kwon Yoobin?”

“Ne. Aku Kwon Yoobin. Nugu saeyo?”

“Mungkin kau tidak akan kenal aku, izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Jieun. Song Jieun.”

“Nugu?”

“Jieun.”

“Jieun eonni?!”

“Kau tahu aku?”

“Geurom! Oppa pernah menceritakan eonni padaku.”

“Jeongmalyo?”

“Ne. Eonni duduklah. Ada apa eonni mencariku? Harusnya eonni menemui oppa. Dia sudah lama mencari eonni.”

“Morago? Yongguk sudah menceritakan semuanya tentangku kan?”

“Ne.”

“Kenapa kau masih mengizinkan aku menemuinya?”

“Waeyo? Eonni cinta pertama oppa. Aku bahkan yakin kalau namja itu masih menyukaimu.”

“Mwo? Kau benar-benar pacar Yongguk atau bukan?”

“Tentu saja. Kami sudah beberapa bulan berkencan. Kenapa eonni menanyakan itu?”

“Kenapa kau rela pacarmu menyukai yeoja lain?”

“Karena perasaan tidak bisa dipaksakan, eonni. Eonni kenapa menemuiku? Eonni mau kembali pada oppa?”

“Sebenarnya aku meninggalkan Yongguk tanpa sempat berpamitan karena ayah tiriku membawa paksa aku dan ibuku pergi ke Jepang. Aku dipaksa menyelesaikan sekolahku disana. Begitu sekolahku selesai, aku ingin pulang dan orangtuaku mengizinkan. Aku tahu dan aku sadar perasaanku masih untuk namja itu. Sampai disini, aku dengar Yongguk sudah berkencan dengan wanita lain. Aku menemuinya dan dia memintaku untuk tidak menganggumu. Tapi aku kehabisan akal. Aku kembali ke Korea untuk menemuinya namun dia sudah bersama dengan wanita lain. Aku hanya berpikir, menemuimu adalah satu-satunya jalan.”

“Oppa pasti gembira melihat eonni.”

“Tidak juga. Kurasa separuh hatinya sudah untukmu.”

“Jeongmalyo? Eonni bisa merebut separuhnya lagi nanti.”

“Jeongmalyo?”

“Mwogayo?”

“Benarkah aku boleh memilikinya lagi?”

“Nugu? Yongguk oppa?”

“Ne. Aku tahu kalau aku keterlaluan, tapi tidak ada yang bisa kuperbuat.”

“Geurom eonni. Kembalilah padanya. Aku ikhlas.”

-End of Flashback-

 

******

Empat tahun kemudian

(Hayoung POV)

“Ini acara kencanmu kenapa mengajak aku?”

Beberapa waktu berlalu, namun Kwon Yoobin tidak juga bertambah cerdas. Ayahnya menjodohkan dia dengan seorang namja. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan namja itu namun dia malah mengajakku.

“Aku takut. Aku bahkan tidak tahu bagaimana wajahnya.”

“Ayahmu tidak akan menjodohkan putrinya dengan sembarang namja.”

“Tetap saja. Temanilah temanmu ini. Kau tahu kan kapan terakhir kali aku berkencan dengan namja? Aku tidak pandai menarik perhatian namja.”

“Cih!” sahutku kesal. Tentu aku kesal mendengarnya. Yoobin dan keluarganya memutuskan pindah ke Seoul karena kondisi ayahnya yang membaik. Kebetulan sekali akupun diterima di universitas yang sama dengannya, meski berbeda jurusan. Aku tahu persis betapa populernya Yoobin dikalangan seniornya. Tidak satupun ajakan kencan diterimanya. Kenapa? KENAPA? Kurasa alasannya masih sama.

“Kenapa kau menerima tawaran ini, Yoobin?” tanyaku.

“Mwoga? Perjodohan ini?”

“Hmmm… Kau bahkan tidak kenal orangnya.”

“Karena appa yang meminta. Lagipula appa bilang kalau aku tidak suka, tidak masalah bagiku untuk menolaknya.”

“Ayahmu selalu saja membuatku kagum, Yoobin-ah.”

Sepuluh menit berlalu, namja itu tidak juga menunjukkan wajahnya. Akhirnya Yoobin memutuskan memesan seporsi es krim. Yeoja kekanakan itu masih saja menikmati es krim meski usianya bertambah. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang kami.

“Oraenmaniya, Kwon Yoobin.”

to be continued

4 thoughts on “Gangster in Love [Part 13]

  1. First… thor minta nama fb dong >< siapa yau bisa deket dan jadi temen aku (kesepian krn temenny army ama exol semua) … happy ending yah thor…. thor klo udah tamat buat ff yg gendrny family romance thor,,thor baper tau thor ,, entar bikin endingny jieun ama yeongguk thor biar ena di hati kwkwk ,,, lanjut thorr ,, ceritany bagusss ^^ ♡♥♡

  2. hallo authornim,
    sedikit curhat, kalau aku udah nyaris lupa sama blog ini karena lama gak update. dan beberapa hari lalu aku tiba-tiba pengen buka akun wp aku yg lama. dan yg aku dapetin adalah notice dari blog ini, dan author balas komentar aku dan bilang bakalan kembali aktif. ah seneng banget deh, terharu juga. author masih ingat sama aku. oke, curhatnya cukup sampai disini aja.

    aku samar2 masih inget ceritanya, dan baca maraton dari chapter 9 – 13. dan kenapa jadi nyesek gini ya lanjutannya, authornim? dan Jonghyun bener-bener minta ditampol! ditengah2 baca lanjutannya bener2 tergoda untuk ngerestuin Yoobin ama Youngguk. dan karena skip time 4thn, aku malah luluh dan berharap yg dijodohkan sama Yoobin itu Jonghyun. hehehe

    ditunggu kelanjutannya, authornim. keep writing, semoga inspirasi terus nempel ya! 😀

Leave a comment