Like You! [1]

holla! author nambah lagi cerita baru. meskipun sedikit sulit, author minta banget komentar kalian ya para reader. setidaknya author tahu penilaian kalian untuk cerita ini.

oh ya,cerita ini udah lama author buat jadi setting ceritanya emang rada jadul. thanks for reading and give your comment please 🙂

Please read this first.

Title                            :Like you!

Author                       : onyunita

Main Cast                 : Choi Minho (SHINee), Yoon Jihye (OC), Lee Taemin (SHINee)

Support Cast           : Kim Jonghyun (SHINee), Lee Sunwoo (OC)

Length                        : Chaptered Fanfic

Genre                         : Romantic?

Rating                        : PG 15

 

1st

“Udara agak dingin, pakailah jaket lebih tebal lain kali, Jihye-ya.”

“Ne. Gomawo sudah mengingatkan.”

Usai bertukar shift dengan rekan kerjaku, aku mengambil berkas naskah yang sudah sebagian kuperiksa itu. Kemudian, setelah berganti pakaian dan memasukkan beberapa potong roti dalam tasku, aku pulang.

Aku melangkahkan kaki di dinginnya malam. Sial. Kadang aku merasa pekerjaan ini kadang terasa menyiksa tubuhku, namun tidak pantas rasanya jika dikeluhkan. Aku sedang melamunkan indahnya hidupku kalau saja dulu aku mampu kuliah, ketika itu aku melihat seorang namja berjalan terhuyung dan jatuh tersungkur di gang sepi tidak jauh dari apartemenku.

Aku mempercepat langkahku dan menghampirinya, tercium jelas aroma alkohol dari pakaian serba hitam yang dikenakannya. Aku baru saja mau membangunkannya ketika aku melihat wajahnya.

Aku melirik jam tanganku. 01.00. Aku tidak punya waktu untuk berpikir panjang saat ini. Segera saja aku memapahnya dan membawanya ke dalam ruangan kecil yang kusewa sejak empat tahun lalu ini.

Hanya ada satu ranjang dalam ruangan ini. Aku menjatuhkan tubuhnya di ranjangku dan melepaskan topi serta jaket tebal yang sedang dipakainya. Sesaat aku terengah. Bagaimanapun mengangkat tubuh namja bukanlah pekerjaan mudah.

“Kau pasti terkejut saat membuka mata.” gumamku sambil menyalakan kipas kecil –satu-satunya pendingin ruangan yang bisa kupakai karena aku bahkan tidak mampu membeli air conditioner.

“Karena itulah aku benci jadi wanita. Mereka tidak bisa langsung tidur begitu saja. Terlalu banyak ritual yang dilakukan sebelum tidur.” omelku sambil membersihkan makeup di wajahku, meski sebenarnya aku bukan tipikal gadis bermakeup tebal.

Aku mengambil kasur lipat tipis yang kuletakkan di bawah ranjangku. Benda bergambar bunga sakura itu pemberian Chae Eun, yang selalu mengeluh kesempitan saat tidur berdua denganku di ranjang.

“Kau siapa?” terdengar suara ketika rasanya aku baru saja masuk ke dunia mimpi. Sial. Cepat-cepat aku membuka mataku.

“Sudah bangun?” tanyaku sambil melirik jam dinding. Pukul 6 pagi.

“Kenapa aku ada disini? Siapa kau?” tanyanya lagi sambil memutar pandangan, meski sebenarnya tidak perlu karena ruangan ini sama sekali tidak besar.

“Semalam kau mabuk dan jatuh. Bahaya jika orang lain yang menemukanmu.”

Dia memegang kepalanya, terlihat jelas dia sedang pusing. Siapa yang suruh untuk minum banyak jika memang sebenarnya tidak mampu.

“Kau tahu siapa aku?” tanyanya sambil menatapku dengan kedua matanya yang amat sangat cekung. Aku tidak menyangka akan melihat wajah seperti itu, langsung dengan mataku sendiri, dengan jarak dekat, dalam satu atap.

“Tentu saja. Aku punya itu.” kataku sambil menunjuk televisi kecil yang berhasil kubeli setelah menabung setengah tahun.

Aku memilih bangun untuk menyiapkan makan pagi untuknya. Bagaimanapun dia tamuku. Jadi kuputuskan membuatkan sarapan sederhana untuk meredakan hangover yang sedang mengganggunya.

“Aku tidak pandai masak, namun makanlah sedikit.” kataku.

“Aku tidak bisa sembarangan makan di rumah sembarang orang.”

“Kau bahkan sudah tidur di kamarku setidaknya semalam.” sahutku tanpa menatapnya.

“Kurasa kau tidak mengenalku, tapi aku benar tidak bisa melakukan itu. Aku harus pulang.” Dia meraih jaketnya dan memakainya, juga topinya.

“Tentu aku tahu siapa dirimu, Lee Taemin ssi.”

Dia tertegun menatapku kemudian buru-buru dia menghampiri aku ke dapur kecil dimana aku berdiri. Wajahnya tampak berantakan. Mabuk dan cemas di saat bersamaan akan merusak wajah tampan siapapun. Percayalah.

“Aku akan berikan sejumlah uang padamu. Kumohon jangan publikasikan ini pada siapapun.” katanya sambil merapatkan tangan untuk memohon.

“Makanlah dulu.” untunglah aku sudah memasak nasi semalam hingga aku tinggal menghangatkan side dish dan memasak sup untuknya.

“Tapi….” Dia terlihat ingin protes namun memilih duduk dengan tenang dan mulai menyantap makanannya.

“Maaf…..” katanya pelan. Aku menatapnya, dia tampak memainkan cincin yang terpasang di jari telunjuknya. Aku menunggunya bicara.

“Boleh aku memeriksa ponselmu?” tanyanya.

“Ponselku? Untuk?”

“Aku mau lihat sesuatu disana.”

Aku mengerutkan dahiku. Segera saja kuberikan ponsel yang sedang kukantongi. Aku tidak suka direpotkan dengan password sehingga aku tidak pernah membuat kunci khusus untuk ponselku. Lagipula tidak ada apapun didalamnya. Kemudian dia tampak memeriksa sesuatu, aku mencoba mencari tahu apa yang dicarinya. Dia tampak membuka galeri fotoku.

“Apa yang kau cari?”

“Kau tidak menyimpan sesuatu yang bisa dipergunakan untuk memerasku kan?”

Aku tertawa terbahak-bahak tanpa bisa kutahan. Aku sudah berusaha untuk menjadi yeoja se-elegan mungkin namun sepertinya anak ini membuatku geli.

“Memeras? Aku sudah mengangkatmu kemari dan kau pikir itu untuk memeras? Bahasamu halus sekali, Lee Taemin ssi.”

“Maaf. Aku hanya mengantisipasi saja.”

Dia memencet tombol keluar galeri dari ponselku. Sesaat dia tersenyum melihat wallpaper yang tidak pernah kuganti sejak pertama kali aku membeli ponselku.

“Dari semua album, yang mana yang paling kau sukai?” tanyaku sambil meneguk susu.

“Semuanya kusuka.”

“Lalu yang paling berkesan?”

“Semuanya berkesan.”

“Bodoh. Baiklah. Sebutkan satu album yang terlintas di otakmu.”

Odd.”

Aku meninggalkannya dan mengambil kardus yang kuletakkan di atas lemari, membuka isinya dan mengambil benda dengan tulisan yang sama dengan yang baru saja diucapkan olehnya. Kemudian memberikan benda itu padanya.

“Tanda tangani untukku.” kataku.

Dia menatapku dengan tatapan mata absurd –entah kagum atau malah heran- Bukannya menandatangani, dia malah memutar bolpoin di tangannya sambil berpikir sesuatu.

“Jadi kau Shawol?”

“Terserah mau menamaiku apa. Cepat tanda tangani.”

Dia tertawa kecil kemudian dia membubuhkan tanda tangannya setelah bertanya dibagian mana aku menginginkannya.

“Sebagai shawol, tentu kau akan menjaga rahasiaku baik-baik, bukan?” tanyanya setelah menandatangani dan menuliskan pesan di bagian bawah tanda tangannya. Aku belum sempat baca, nanti akan kulakukan setelah dia pulang.

“Umurku sudah cukup tua untuk membuat kehebohan dengan artis.”

Terlihat jelas dia begitu puas dengan jawabanku. Dia juga terlihat lebih tenang dari sebelumnya hingga dia mampu menikmati sarapannya. Setelah selesai makan, dia tampak sopan dengan mencuci piringnya sendiri.

“Boleh kulihat koleksi albummu?”

“Lihat saja. Toh itu suaramu juga.” kataku sambil merapikan sisa makanan yang tidak dihabiskan olehnya.

Dia mengeluarkan isi kardusku itu perlahan. Satu per satu. Butuh beberapa waktu untuk mengeluarkan semua isinya karena cukup banyak. Dia tampak mengamatinya dengan serius hingga akhirnya ponselnya berdering.

“Ne, hyung? Ne.” terdengar hening. Sepertinya dia menunggu si penelepon berbicara. “Arrasseoyo. Aku kesana sekarang. Mianhaeyo, hyung.”

Dia meraih jaketnya yang tadi sempat dilepaskan karena kegerahan usai menyantap sup hangat buatanku. Kemudian dia menutupi kepala kecilnya dengan topi hitam, membuatnya tampak begitu seksi. Lalu kemudian dia menyadari dia tidak punya alat menutupi wajahnya.

“Sial. Hari sudah begitu terang. Bahaya jika aku keluar tanpa masker.” keluhnya sambil menatap cermin yang kupasang di dekat pintu.

“Pakailah.” kataku sambil melempar kotak berisi masker milikku, yang sering dipakai kalau aku terkena flu. Ya, kuakui daya tahan tubuhku menurun sejak aku terlalu banyak bekerja.

“Gomawoyo. Aku berhutang banyak padamu.” katanya sambil memasang maskernya. Dia persis sekali dengan foto yang sering kulihat di internet. Ternyata aku tidak bermimpi.

“Jangan ulangi lagi.” sahutku sambil melipat tangan di dada, menunggunya memasang tali sepatunya.

“Arrasseoyo.”

Dia memegang kenop pintuku tapi kemudian dia menatapku lagi. “Apa lagi?” tanyaku.

“Kau tidak mau minta foto?”

“Cih, usiaku terlalu tua untuk sekedar foto bersama. Lagipula aku tidak bisa mempublish fotonya. Lalu untuk apa?” jika kulakukan, maka instagramku akan penuh dengan cacian mengingat dia tidak memakai makeupnya. Lalu aku akan dipikir sebagai wanita panggilan yang menggoda seorang idol. Cih, membayangkannya saja sudah muak.

Dia tertawa kecil sambil merapikan maskernya yang sempat turun. Bahkan berpikir untuk bicara dengannya saja tidak. Mimpi apa aku kemarin?

“Aku pergi.” katanya sambil melambaikan tangannya.

Sepeninggal namja itu, aku berjalan menuju meja dimana dia meletakkan albumnya. Aku bisa membaca tulisannya dengan jelas. Aku bukan orang yang tidak tahu terima kasih. Jeongmal gomawoyo.

to be continued.

One thought on “Like You! [1]

  1. OMG!! Bagus banget ceritanya gimana coba klo aku yang nemuin Taemin oppa kkkk,,, saking bagusnya sampe menghayalan kelanjutanny yang pasti buat gereget kkkk ,,, Jihye itu lebih tua dari Taemin oppa apa gimana ??
    Thor gangster in love part 14 kapan di post ???? Kkkk soalnya kangen ama jong oppa nya kkkk ,,, tapi yang ini juga bagus kkkk ,, kapan kapan buat yang cast nya ONew atau Key kkkkk ,,, ♥ sorry thor comment gak penting ♥

Leave a comment