Waiting [Part 8-END]

 (Krystal POV)

Aku tidak melihat Jonghyun sunbae di kampus hari ini. Sepertinya dia masih belum kuliah. Kesempatan emas untuk bisa semakin dekat dengannya lagi. Pulang kuliah kuputuskan untuk mendatangi apartemennya lagi.

“Annyeong sunbae.” Kataku ketika pintunya dibukakan olehnya.

“Ah, kau Krystal. Kenapa kemari?”

“Tentu saja untuk menemuimu,sunbae.”

Jonghyun sunbae hanya tersenyum tipis melihat kedatanganku. Tapi entah kenapa, aku merasa dia tidak segirang kemarin. Kemudian dia membuka pintunya lebih lebar, mengizinkanku masuk.

“Mianhae datang sesore ini. aku ada kuliah tadi.”

“Gwaenchana.” Katanya dengan wajah datar.

“Sunbae masih kurang sehat?”

“Aniyo. Hanya malas kuliah saja.” Katanya. Sepertinya ada yang salah dengannya hari ini. Wae?
Continue reading

Waiting [Part 7]

(Jonghyun POV)

Begitu tersadar, aku sudah ada di rumah sakit. Ketika mataku terbuka, aku melihat ada Yeon Jin yang duduk di tepi ranjang.

“Neo gwaenchanayo?” tanyanya padaku.

Aku tersenyum kemudian mengangguk.

“Kau….”

Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Nicole masuk dengan tergesa-gesa. Dia berlari ke arah kami dengan wajah panik.

“Sunbae, neo gwaenchanayo?” tanyanya.

“Ne. Aku baik-baik saja.” Kataku.

“Yeon Jin-ah! Sampai kapan begini?! Berhenti menyusahkan sunbae!” teriaknnya pada Yeon Jin.

“Nicole, nan gwaenchana. Jangan begitu padanya.” Kataku.
Continue reading

Waiting [Part 6]

(Jonghyun POV)

Aku masih serius dengan laporan yang kukerjakan ketika aku mendengar Yeon Jin menjerit keras dari dalam kamarku.

“ANDWAEYO!” teriaknya.

Aku terkejut. Kuletakkan laporanku kemudian aku masuk ke kamar. Dia menunduk sambil menutup wajahnya.

“Ji, jangan pergi Ji. Jangan tinggalkan aku. Ji, jebal.” Katanya sambil terisak.

“Waeyo?” tanyaku sambil duduk di tepi ranjang dan memegang kepalanya.

Dia menengadah dan menatapku.
Continue reading

Waiting [Part 5]

(Jonghyun POV)

Sebulan ini Yeon Jin tidak pernah menghubungiku lagi. Meskipun aku berharap dia benar-benar mampu hidup tanpaku, tapi ternyata rasanya malah aku yang merindukannya. Biasa mendengar celoteh manjanya di telepon, ternyata saat suara itu lenyap selama sebulan, aku tetap merindukannya.

Aku berpikir, aku ingin sekali mendengar suaranya. Tapi bolehkah? Kalau begini terus yang ada aku malah semakin gila. Tapi tanganku tidak bisa dikendalikan –bohong besar karena sebenarnya aku yang kebelet ingin meneleponnya.

Klik. Teleponku diangkat olehnya.

“Yobseo.” Kataku.

“Oppa?” katanya.

“Sedang apa?” tanyaku lembut.

“Ini benar-benar oppa?” tanyanya.

“Molla. Siapa yang tahu kalau kamu punya banyak oppa diluar sana.”
Continue reading

Waiting [Part 4]

(Jonghyun POV)

Kami tiba di stasiun. Bahan aku hampir lupa kapan terakhir kali aku pergi ke stasiun. Hari ini cukup ramai. Mungkin karena banyak orang yang sedang berpergian. Ketika masuk ke dalam kereta, aku sangat terkejut karena sangat ramai. Tidak ada tempat duduk tersisa. Aku kemudian mengambil posisi berdiri dan memegang pegangan yang menggantung dari atap kereta.

Yeon Jin tampak tidak suka dengan suasana yang begitu ramai. Wajahnya cemberut terus sedari tadi.

“Sudah kubilang kan? Naik mobil saja. Keras kepala.” Kataku kesal.

“Aku tidak tahu kalau akan begini.” Katanya sedih.

Tiba-tiba keretanya berjalan, Yeon Jin yang belum berpegangan nyaris terjatuh. Aku langsung menangkap tubuhnya cepat.

“Pegangan.” perintahku.

Dia menarik kerah bajuku agar dia bisa bicara di telingaku. “Tanganku tidak sampai. Sampai sih. Tapi terlalu jauh. Aku akan pegal jika berpegangan disitu terus.” Bisiknya.
Continue reading