Gangster in Love [Part 10]

Please read this first.

(Yoobin POV)

“Aku mau main di rumahmu, Jongin.” kataku saat Jongin datang ke kelasku sepulang sekolah. Aku yang memintanya menemuiku di kelas.

“Mau apa kau di rumahku?”

“Eomma menemani appa berobat. Mereka pulang malam. Aku malas sendirian di rumah.”

“Bagaimana dengan Hayoung?”

“Dia ada urusan katanya.”

“Geurae. Tapi jangan berisik. Kau tidak boleh mengganggu halmeoni.”

“Arrasseo.”

Aku melingkarkan lenganku di lengan Jongin. Namja itu hanya tersenyum tipis kemudian mengusap kepalaku perlahan. Ketika itulah Yongguk sunbae masuk ke kelasku. Dia menggigit bibirnya ketika melihatku bersama Jongin. Kemudian dia mengulurkan tangannya dan menarik tanganku.

“Sakit, sunbaenim.” keluhku.

“YA! Kim Jongin!” bentaknya.

“Waeyo? Jongin tidak melakukan kesalahan apapun.” kataku.

“Kamu mau kemana?” tanyanya yang masih saja mencoba untuk tersenyum meskipun aku tahu dia marah karena kedekatanku dengan Jongin.

“Aku ada janji dengan Jongin. Lagipula aku sudah biasa pulang sendiri. Sunbae pulanglah.”

Dia menghela nafas panjang. “Arrasseo. Lakukan sesukamu. Hubungi aku begitu sudah tiba di rumah. Setidaknya aku tidak khawatir memikirkanmu.” katanya pelan. Entah kenapa mendadak aku iba padanya.

“Jinjjaya?” tanya Jongin begitu Yongguk sunbae pergi meninggalkan kami.

“Apanya?”

“Kau sungguh-sungguh mengencani Yongguk sunbae?”

“Menurutmu?”

“Kenapa kau bisa putus dengan Jonghyun sunbae?”

Aku menghela nafas mendengar pernyataan Jongin. “Kapan aku pernah bilang kalau aku pacaran dengannya?”

“Mwo? Kau tidak mengencani Jonghyun sunbae? Jeongmal?”

“Ah, wae? Kenapa kau bisa berpikir kami berkencan?”

“Kau kira aku bodoh? Setiap malam kalian bersama pulang dari kafe tempatmu bekerja.”

“Kau tahu itu?”

“Cih, kupikir kau cerdas. Kuberitahu, aku tahu semuanya. Aku tahu kau yang bayar hutangku pada Himchan sunbae. Mengerti kenapa aku begitu menyukaimu?”

Aku tersenyum ketika dia bilang dia menyukaiku. Jongin jarang sekali memujiku karena sifatnya yang kadang cuek, tapi kali ini dia mengatakan dengan sangat serius dan aku suka dengan gayanya. Entahlah apa maksudnya suka yang dikatakannya ini.

“Ah, jinjja?”

“Sudahlah. Suka atau tidaknya aku padamu sudah kulupakan sejak kulihat kau tampak begitu bahagia bersamanya.”

Aku menghela nafas panjang. Kegembiraanku barusan seperti menguap begitu saja. Mendadak aku merasa sedih sekali.

(Jongin POV)

Setelah aku mengatakan hal itu padanya, dia malah diam dan tampak sedih. Ya, kuakui aku pertama kalinya tertarik pada wanita yaitu Yoobin. Himchan sunbae memberitahuku kalau Yoobin mencicil hutangku. Namja mana yang tidak jatuh cinta ketika melihat seorang yeoja yang bekerja hanya demi melunasi hutang? Tapi setelah beberapa hari mengikutinya, aku sadar kalau dia selalu ditemani Jonghyun sunbae.

Mulanya aku sedikit sedih karena bagaimanapun juga aku menyukainya. Tapi aku pernah melihat mereka saat berbincang dan aku tahu jelas keduanya sangat dekat. Yoobin begitu bahagia dengannya, aku jadi ikut senang. Jadi aku tidak pernah lagi merasa cemburu. Aku ikhlas.

“Jawab pertanyaanku, kau putuskan Jonghyun sunbae demi Yongguk sunbae?” tanyaku begitu tiba di rumahku. Halmeoni masih tertidur di kamar.

“Aniya.”

“Lalu?”

“Aku sama sekali tidak pernah berkencan dengannya, Jongin.”

“Lalu?”

Tiba-tiba matanya berkaca-kaca dan dia menangis tersedu-sedu. Aku sangat terkejut karena ini pertama kalinya kulihat Yoobin menangis. Kuusap perlahan kepalanya kemudian dia menengadah dan mengusap matanya.

“Aku pikir juga begitu, kupikir aku punya hubungan dengannya. Ternyata dia tidak menganggap apapun padaku.”

“Maksudmu?”

“Ketika Yongguk sunbae bertanya pada Jonghyun sunbae, dia bilang kalau dia tidak pernah merasa punya hubungan denganku. Namja sialan itu! Dia sudah mengajakku kencan berkali-kali. Memberiku hadiah, memperlakukan aku layaknya pacarnya dan dia bilang begitu. Aku sedih sekali.”

Aku terdiam. Jonghyun sunbae tidak pernah dekat dengan wanita. Untuk apa dia repot-repot mempermainkan Yoobin? Lagipula aku tahu jelas kalau dia tulus dengan Yoobin hanya dengan melihat gayanya. Apa maksudnya ini?

“Uljima, Yoobin-ah.”

“Mianhae. Padahal aku sudah janji tidak akan menangisi dirinya lagi. Tapi sulit sekali, aku selalu begini tiap ingat dia.”

Aku, entah kenapa, malah lebih fokus memikirkan apa yang terjadi pada Jonghyun sunbae hingga dia melakukan ini padanya. Apa Yongguk sunbae dibalik semua ini?

***

 

(Yongguk POV)

Meskipun Jonghyun bilang kalau dia tidak ada hubungan apapun dengan Yoobin, aku tahu betul kalau yeoja itu begitu menyukainya. Ya, sampai detik ini Yoobin masih menyukai Jonghyun. Aku sama sekali tidak marah. Bagaimanapun mereka pernah dekat. Tugasku sekarang hanyalah mengalihkan rasa suka Yoobin padaku.

Seperti yang kukatakan pada Himchan bahwa ini pertama kalinya kurasakan sejak terakhir kali aku merasa jatuh cinta pada seorang wanita, maka aku akan berusaha untuk menjaga perasaan ini. Aku sayang padanya dan ini bukan perasaan biasa.

“Sunbaenim..” panggilnya ketika aku menjemputnya di kelasnya. Ini kali pertamanya dia mau pulang bersama denganku. Biasanya dia selalu menggunakan berbagai macam alasan untuk menolak ajakanku.

“Ne?” sahutku.

“Aku lapar. Ingin makan mie.” katanya dengan wajahnya yang selalu saja pucat. Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya.

“Geurae. Mau makan dimana?”

“Sunbae punya rekomendasi tempat?”

“Baiklah.” Sahutku.

Ketika kami berjalan berdua, ketika aku mau mengambil motorku, kami berpapasan dengan Jonghyun dan Woohyun. Yoobin tampak mengigit bibirnya ketika melihat namja itu. Jonghyun sesaat melihat Yoobin kemudian membuang muka lalu pergi begitu saja, Woohyun berlari kecil mengejar langkahnya.

Kami meneruskan langkah kami ke tempat motorku terparkir. Ketika aku menyalakan mesin motorku, Yoobin menyentuh tanganku.

“Sunbae, aku mau pulang saja.”

“Mwo? Katanya lapar.”

Dia menggeleng perlahan. “Tidak lagi, sunbae.” katanya lirih.

Aku membuka helmku yang sebelumnya kupakai. “YA! Wajahmu sudah sangat pucat. Kenapa harus tidak jadi?” tanyaku.

“Aku sudah tidak selera lagi.”

Matanya mendadak berkaca-kaca dan seolah tidak terbendung lagi, dia menangis tersedu-sedu. Aku hanya bia diam menunggunya berhenti menangis. Aku, laki-laki yang hidup di dunia yang keras pun, pernah menangis begini karena wanita dan aku tahu rasanya. Aku tidak mau melarangnya menangis karena aku paham betul perasaannya saat ini.

(Yoobin POV)

Yongguk sunbae hanya terdiam, menatapku, matanya seolah mengatakan kalau dia sangat prihatin dengan keadaanku. Aku sadar kalau aku tidak boleh begini. Ini akan melukai hati Yongguk sunbae. Aku tahu kalau aku sering menyakitinya karena penolakanku di setiap ajakan yang dilontarkannya setiap bertemu denganku, tapi kalau aku begini, dia akan lebih sedih. Geumanhae, Yoobin!

Aku terisak dan mengusap airmataku sendiri. “Mianhaeyo, sunbaenim.” Kataku.

“Sudah?” tanyanya lembut sambil mengusap kedua mataku dengan hati-hati. Dia sangat baik padaku. Ya, aku tahu kalau Yongguk sunbae memang lembut dibandingkan Jonghyun sunbae, bahkan sebelum menyatakan suka padaku. Tapi sejak resmi menjadi pacarku, dia semakin lembut padaku.

“Aku…..”

Yongguk sunbae turun dari motornya dan merangkulku, membuatku tenggelam dalam tubuh besarnya, kemudian dia mengusap punggungku dengan lembut. Deg..deg.. Ya ampun, untuk pertama kalinya jantungku berdebar untuk Yongguk sunbae lagi setelah sekian lama aku menganggapnya sama dengan namja lain.

“Aku benar-benar bingung jika melihatmu begini. Jadi berhenti begini.” katanya sambil merapatkan pelukannya dan terus mengusap punggungku.

“Sunbaenim, bagaimana kalau seonsaengnim melihat kita?” kataku sambil mendorong tubuhnya.

Dia tersenyum dan menyeka airmataku yang tersisa. “Aku sudah sangat gembira ketika kamu mengajakku makan bersama. Bolehkah aku minta jangan dibatalkan?”

Aku terdiam. Benar juga. Sampai kapan aku jahat begini padanya? “Tapi mataku sembab.”

“Wae? Kau masih cantik meskipun matamu sembab.”

“Mwoya?” kataku sambil memukulnya perlahan. Dia tertawa kemudian dia melepaskan jaketnya dan memakaikan di tubuhku.

“Kajja?”

“Ne. Ayo, kita makan.”

(Yongguk POV)

“Aku mau pesan mie yang paling pedas.” katanya sambil tersenyum imut. Wajahnya masih menunjukkan rasa sedih namun tidak bisa menutupi kecantikannya.

“Andwae. Nanti perutmu sakit.” kataku sambil menggeleng.

“Jebal. Aku sedang ingin. Jebaaaal.” katanya sambil merapatkan kedua tangannya, sesekali mengguncang tanganku.

Aku bahkan tidak bisa menahan senyumku. Aku sudah hampir lupa rasanya jatuh cinta dan kurasa kali ini aku benar-benar menyukai wanita kecil ini.

“Arrasseo. Jangan mengeluh sakit padaku setelah ini.”

“Ne.”

Kemudian kami memesan beberapa makanan. Ketika sedang menunggu makanannya matang, terdengar pintu restoran terbuka, masuklah beberapa anak buahku.

“Hyungnim!” teriaknya sambil serempak memberikan hormat.

“Sedang apa disini, hyung? Kencan?” tanya mereka sambil tertawa terkekeh ketika melihat Yoobin.

“Bisa tidak kalian pergi dari mejaku?” tanyaku.

Mereka mendengus kesal namun akhirnya memilih untuk pergi. Tapi sepertinya mereka memang berniat makan disini sehingga mereka tidak meninggalkan restoran, mereka hanya mencari meja yang cukup jauh dari mejaku.

“Bagaimana rasanya?” tanya Yoobin tiba-tiba.

“Mwoga?”

“Bagaimana rasanya jadi seorang pimpinan geng?”

“Entahlah. Kenapa mendadak menanyakan itu?”

“Aku hanya ingin tahu. Tidak boleh aku bertanya itu padamu?”

“Tentu saja boleh. Hmmmm. Kadang aku merasa dibuat tidak nyaman. Semua orang di lingkungan ini mengenalku.”

Dia tersenyum tipis sambil terus menatapku. “Wae?” tanyaku.

“Aniyo. Lain kali ajak aku kencan ditempat lain dimana tidak ada orang mengenalmu.”

Aku hampir tidak bisa mempercayai pendengaranku. Mwo? Kencan? Kencan? Dia mengajakku berkencan?

“Kencan?” tanyaku tidak yakin.

“Ne. Waeyo? Tidak mau mengajakku pergi?”

“Ani. Bukan begitu maksudku. Aku hanya….”

“Mianhaeyo terlalu lama aku menunggu mengatakan ini, sunbae. Aku rasa aku mau belajar menerimamu.”

Aku menatapnya. Aku bahkan tidak percaya kalau Yoobin akan mengatakan kalimat itu. Ya, aku tahu bagaimana perasaannya untuk Jonghyun. Bagiku, ini adalah kalimat yang sangat manis. Sangat manis.

***

(Yoobin POV)

Kamu memintaku untuk mengajakmu berkencan. Bolehkah jika minggu ini kita pergi?

Aku masih memandangi pesan singkat Yongguk sunbae di ponselku. Banyak pikiran berlalu lalang dalam otakku. Aku terlalu berani mengatakan untuk menerimanya karena pada kenyataannya aku bahkan belum mengganti wallpaper ponselku. Aku masih berharap Jonghyun sunbae meminta maaf padaku dan hubungan kami kembali seperti sedia kala. Sayangnya, sebulan berlalu dan Jonghyun sunbae masih saja dingin padaku.

Aku menghela nafas panjang, berpikir panjang dan mengambil keputusan. Geurae. Kita mau bertemu dimana?

Sejam kemudian kami bertemu di tempat yang sudah dijanjikan olehnya. Aku tersenyum melihatnya berdandan begitu rapi. Ya, Yongguk sunbae pun melakukan hal yang sama saat berkencan denganku. Dia hanya ingin jadi namja biasa. Sialnya semua malah mengingatkanku pada Jonghyun sunbae.

“Nan oette?” tanyanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Mwogayo?”

“Tampangku. Aneh?”

“Aniyo. Kau tampan, sunbae.” kataku sambil mengacungkan jempolku.

Untuk pertama kalinya dia berani meraih tanganku dan menggenggam erat tanganku. Jemari yang lebih besar dari Jonghyun sunbae. YA! Yoobin! Geumanhae! Berhenti membandingkannya dengan Jonghyun sunbae! Kau begitu tidak adil, Yoobin!

Boleh dibilang aku tidak menikmati perjalanan ini. bagaimanapun perjalanan pertamaku adalah dengan Jonghyun sunbae dan aku tidak akan pernah melupakan betapa jantungku berdebar sangat cepat saat itu.

Yongguk sunbae mengajakku makan di sebuah rumah makan yang punya desain unik. Aku tidak menyangka kalau gangster yang satu ini juga tahu tempat makan yang menyenangkan suasana hari karena penampilannya.

“Mie disini populer.” katanya sambil menunjuk menu yang tengah kubaca.

“Benarkah? Bukannya sunbae melarangku makan mie?”

“Tapi kurasa kamu begitu suka mie. Ekspresi wajahmu begitu cerah ketika itu, membuatku ingin melihatnya lagi.”

Aku tertawa kecil. Ya, aku memang sangat suka mie. Padahal aku berencana mengajak Jonghyun sunbae makan mie bersama ketika hutang Jongin berhasil kulunasi. Ah, lagi-lagi namja itu yang melintas diotakku.

“Kurasa ini desa sebelah, sunbae.”

“Hmm.. nanti kuajak lebih jauh dari sini. Aku belum berani mengajakmu pergi jauh.”

“Waeyo?”

“Molla. Hanya merasa segan saja.”

“Mwoya. Benarkah ini yang mulia Bang Yongguk?”

Dia tertawa terkekeh. Andai saja dia tahu kalau aku bahkan pernah pergi dari pagi buta hingga malam menjelang dengan namja. Mianhae, Yongguk sunbae.

(Yongguk POV)

Yoobin tersenyum jauh lebih banyak dari terakhir kali pertemuan. Aku tidak menyangka kalau aku akan sebahagia ini saat melihatnya tersenyum.

“Sunbae tahu desa ini?” tanyanya setelah menghabiskan makanannya.

“Cukup tahu. Wae?”

“Apa ada pemandangan indah didekat sini? Aku mendadak ingin melukis.”

“Rasanya bukit tidak jauh dari sini juga cukup indah.”

“Jeongmalyo? Antarkan aku kesana, sunbae.”

Kami berjalan bersisian kesana, aku kembali memberanikan diri untuk mengenggam tangannya. Yoobin selalu saja tersenyum tipis saat aku menggandengnya dan itu membuatku nyaris gila. Perasaan macam apa ini?

“Daebak! Ini bagus sekali!” komentarnya ketika kami telah tiba. Kemudian dia mencari spot yang nyaman dan mulai menggambar. Aku memilih memandanginya karena dia begitu manis ketika tampak fokus dengan gambarnya.

“Tidak masalah kalau sunbae kuabaikan sebentar?” tanyanya sambil menatapku dengan wajah tidak enak.

“Gwaenchana. Nikmati saja melukisnya. Aku tahu kamu suka itu.”

“Gomawoyo.”

Dia kembali lagi diam dengan pensil dan buku gambarnya. Kukeluarkan ponselku kemudian aku memotret dirinya ketika jari lentiknya tengah sibuk menghapus bagian gambar yang tidak disukainya. Manisnya anak ini.

(Author POV)

Yongguk dan Yoobin sedang berjalan beriringan menuju halte bus setelah Yoobin menyelesaikan lukisannya. Hari sudah hampir gelap, karena itu Yongguk mempercepat langkahnya untuk pulang. Baru saja mereka menginjakkan kaki di halte, mendadak datang sekumpulan pria dengan wajah menyeramkan.

“Pergi berkencan, Bang Yongguk?” tanyanya dengan nada rendah, penuh ancaman.

Yongguk meraih tangan Yoobin, menempatkan perempuan itu dibelakangnya. Yoobin yang sedikit takut, memegangi ujung kemeja namja itu.

“Kenapa kau mengenalku? Apa maumu?”

Bug. Namja itu tiba-tiba memukul Yongguk dengan keras hingga pipinya memerah. Yongguk cukup kuat hingga pukulan itu tidak menjatuhkannya.

“Sial! Apa maumu?!” teriak Yongguk. Dia mencengkram kerah namja yang memukulnya.

“Dasar wanita jalang!” tiba-tiba terdengar teriakan wanita dari belakang Yongguk.

Plak. Seorang wanita menarik rambut Yoobin dengan keras dan menamparnya dengan kuat. Yoobin mungil langsung terjatuh dan bibirnya terluka seketika.

“YA! Wanita gila!” teriak Yongguk kemudian membantu Yoobin berdiri.

“Apa yang kau lihat darinya, oppa?” tanya wanita yang baru saja memukul Yoobin.

“Sakit?” tanya Yongguk pada Yoobin. Yeoja itu mengangguk perlahan dengan airmata yang keluar di ujung matanya karena menahan sakit.

“YA! Aku berjanji akan meladeni kalian. Aku antar wanita ini pulang dulu. Kupastikan kalian semua mati setelahnya.” kata Yongguk penuh emosi.

Mendadak mereka menyerang Yongguk bersamaan. Untung sekali Yongguk terbiasa sekali dengan serangan hingga mampu melawan mereka. Ya, Yongguk memang sudah terlatih.

(Yoobin POV)

Ketika Yongguk sunbae sibuk berkelahi, yeoja itu menghampiriku dan menarik rambutku lagi. Rasanya sakit sekali.

“Sebenarnya apa salahku, eonni?” tanyaku. Berharap dia melepaskan rambutku.

“Eonni?! Kau pikir kau siapa?! Dasar wanita sial!”

“Aku tidak mengerti apa salahku. Kumohon lepaskan aku.”

Plak. Tamparan kedua dan rasanya dua kali lebih sakit dari sebelumnya. Bibirku terkoyak lagi. Sebenarnya apa-apaan ini?

“Beraninya kau mengencani Yongguk oppaku!”

Yongguk sunbae menepis tangan yeoja itu ketika aku sudah pasrah dengan pukulannya.

“Aku akan buat perhitungan ini denganmu, Kim Suchan!” teriaknya sambil menatapnya dengan tajam.

“Oppa.” rengeknya

“Ayo kita pulang.” kata Yongguk sunbae sambil membantuku berdiri.

Kami mempercepat langkah kami karena beberapa orang dari namja itu mulai mengejar kami.

“Aish! Aku bisa saja melawan mereka kalau aku sendiri. Aku takut mereka mengganggumu. Jadi aku tidak meladeninya.” kata Yongguk sunbae sambil mempercepat langkahnya.

Aku melambaikan tangan, berharap mobil yang lewat itu berhenti namun sepertinya tidak ada yang peduli. Mendadak Yongguk sunbae berdiri di tengah jalan. Mobil yang melaju itu menghentikan lajunya semaksimal mungkin namun tetap menubruk sunbae meski kecepatannya tidak lagi tinggi.

“Sunbae!” teriakku.

Yongguk sunbae berdiri terhuyung. Kemudian buru-buru menarik tanganku dan kami masuk ke mobil. Pengemudi yang panik kemudian memilih menuruti permintaan sunbae.

“Sial. Sakit sekali.” keluhnya sambil memegang bahunya.

“Sunbae. Kau gila sekali. Kenapa berani sekali menggunakan tubuhmu untuk menghentikan mobil itu?”

“Tidak akan ada yang berhenti kalau tidak begitu.”

Aku melihat darah segar yang mengalir di tangannya. “Sunbae, kau terluka.”

“Aku tahu. Kuantar kau pulang. Lalu aku akan ke rumah sakit.”

“Mana boleh begitu! Aku ikut ke rumah sakit.”

“Andwae! Lingkungannya masih belum kuamankan. Tinggallah di rumah. Akan kukirim anak buahku menjaga rumahmu.”

“Keunde, sunbae….”

“Jebal. Aku tidak punya tenaga bertengkar denganmu.”

Darahnya terus mengalir deras hingga beberapa tetes sudah membasahi mobil. “Sunbae, oettoehgeyo? Lukamu…” tanpa sadar airmataku mengalir, persis seperti kejadian Himchan sunbae.

“Nan gwaenchana. Jangan menangis. Aku tidak bisa mengusap pipimu karena tanganku penuh darah. Ibumu akan pingsan jika melihatmu pulang dengan berlumur darah.” katanya sambil tertawa. Aku tahu dia sedang berusaha menenangkanku.

“Aku sedang tidak ingin sunbae melucu. Dan itu tidak lucu.” keluhku.

“Tenanglah. Aku tidak apa-apa. Jangan menangis, Yoobin.”

Mobil berhenti di depan rumah kemudian sunbae masih saja memaksakan diri untuk mengantarku sampai ke depan pintu. Baru saja aku mau membuka pintu, mendadak pintu dibuka dari dalam. Eomma!

“Yoobin! Ayahmu pingsan!”

Aku terkejut dan buru-buru berlari ke kamar appa sementara eomma hanya bisa menangis. Ya, aku tahu kenapa sekarang aku begitu cengeng. Aku mencoba mengguncang tubuh appa namun tidak direspon olehnya. Baru aku mau meraih ponselku untuk menelepon ambulans, tiba-tiba Yongguk sunbae masuk ke kamar dan menggendong appa.

“Cepat kita ke rumah sakit.” Katanya.

“Keunde, sunbae….”

“Jangan terlalu banyak bicara, Yoobin.”

Aku dan eomma, karena terlalu bingung, akhirnya memilih mengikuti perintah sunbae. Mobil yang tadi mengantarku pun masih terparkir di depan rumah. Aku yakin kalau sunbae yang mengancamnya sehingga ia tidak pergi. Dengan mobil itu juga akhirnya kami diantar ke rumah sakit.

Appa punya sakit jantung dan asma. Kadang appa sering membuat eomma ketakutan jika dia tidak sadarkan diri seperti tadi. Di rumah sakit apa berhasil ditangani dengan baik dan dipindahkan ke ruang rawat biasa untuk menunggunya sadar seperti sedia kala.

Setelah memastikan semuanya aman terkendali, aku berlari mencari sunbae. Ternyata namja itu berdiri di depan pintu kamar appa, tanpa berani masuk.

“Sunbaenim, kenapa berdiri disini?”

“Bagaimana ayahmu?”

“Baik. Uisa bilang keadaannya baik. Dia akan segera sadar.”

“Syukurlah.”

Brug. Yongguk sunbae terkulai lemas kemudian tidak sadarkan diri.

(Author POV)

Yongguk membuka matanya perlahan. Dia melihat luka ditangannya sudah dibalut rapi dengan perban. Kemudian dia melihat di sisi ranjangnya, Yoobin tertidur dengan tangan yang menggenggam tangan kanannya. Yongguk tersenyum tipis melihat tangannya bersatu dengan tangan mungil Yoobin.

Perlahan-lahan Yongguk melepaskan pegangan tangan Yoobin dan menurunkan kakinya dari atas ranjang.

“Andwaeyo. Pasien harus berbaring di ranjang.” tiba-tiba Yoobin membuka matanya dan menatap Yongguk.

“Kau terbangun? Mianhae.”

“Sunbae mau kemana? Ke toilet?”

“Ani. Aku ingin bertukar tempat denganmu. Punggungmu sakit kalau kamu tidur begitu.”

“Aniyo. Nan gwaenchanayo. Sunbae istirahatlah.”

“Tapi..”

“Tidurlah dengan tenang. Besok aku mau buat perhitungan denganmu, sunbae.”

Yongguk tersenyum mendengar kalimat mengancam Yoobin. Dia naik lagi ke atas ranjangnya. Yoobin membantunya untuk bisa duduk dengan nyaman.

“Aku haus sekali. Bisa bantu aku minum?” tanyanya.

Yoobin mengambilkan segelas air dan diberikan pada namja yang tangan kanannya terluka itu. Yoobin mengikat rambutnya yang sempat tergerai. Sesaat Yongguk mengagumi wajah cantik Yoobin meski dia tampak begitu kelelahan.

“Gomawo.” kata Yongguk sambil mengembalikan gelasnya.

“Tidurlah.” kata Yoobin sambil mengusap matanya.

“Kau bisa tidur disini. Aku tidak tega melihatmu tidur begitu.”

“Andwaeyo. Kau terluka, sunbae.”

“Bagaimana kalau kita berbagi ranjang? Ranjang ini cukup besar untuk berdua.” kata Yongguk genit sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Mesum!” celetuk Yoobin sambil mendengus kesal.

Yongguk mengulurkan tangan kirinya dan mengusap sisi bibir Yoobin yang terluka. Yeoja itu meringis kesakitan. “Mianhae. Ini salahku.” kata Yongguk pelan.

“Aku sudah bilang kalau aku akan buat perhitungan besok. Jadi tidurlah. Kita bahas ini besok.” kata Yoobin.

“Aku bahkan tidak bisa mengampuni diriku ketika melihat perempuan itu menamparmu.” Kata Yongguk dengan suara pelan, penuh penyesalan. Yoobin tampak tersentuh dengan kalimat Yongguk. Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Gwaenchanayo, sunbae. Kau bahkan menahan sakit ditanganmu, kemudian menggendong ayahku, bahkan pingsan karena terlalu banyak darah yang keluar dari tubuhmu. Aku yang berhutang banyak padamu.”

“Jeongmal mianhae.”

“Jeongmal gomawoyo, sunbae.”

Yongguk tersenyum tipis. Diusapnya dengan lembut pipi Yoobin yang tampak lebam, kemudian dia menghela nafas panjang. Mendadak Yongguk mendekatkan wajahnya ke wajah Yoobin. Yeoja itu refleks menarik wajahnya namun Yongguk berhasil menahan dagunya.

Can I get your kiss?” kata Yongguk lembut.

Yoobin tampak jelas menimbang. Banyak keraguan berlalu lalang dalam pikirannya. Tapi wajah Yongguk ketika menggendong ayahnya membuatnya yakin dengan pilihannya. Yoobin memejamkan matanya dan Yongguk mengecupnya pelan.

*****

to be continued

One thought on “Gangster in Love [Part 10]

  1. Jonghyun kemana???pengen bnget lgi moment JongBin, tpi YongBin mnis juga, gomawo thor untk crita yg keren ini. Ditunggu sllu klanjutanya…

Leave a comment